18

20 4 8
                                    

Happy reading🙆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🙆

***

Lamunannya terpecahkan setelah mendengar suara yang sudah lama ingin didengar. Gadis itu langsung mematikan rekamannya dan berlari kecil menuju ruang tengah untuk menemui seseorang yang sudah dirindukan.

"Ayah," gumam Sarah.

Dengan senyuman tipis di bibir, pria berumur tiga puluh tahun itu memeluk sang putri sejenak. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, hal itu membuat Sarah melipat bibir dengan perasaan sedih. Padahal sudah dua hari sang ayah tidak pulang ke rumah, disibukkan dengan pekerjaan yang selalu menjadi prioritas utamanya.

Pria itu melepas jas yang melekat di tubuhnya, memberikan kepada salah satu pelayan untuk ditindaklanjuti, dalam kata lain dibersihkan. Setelah itu, Jim akan melangkahkan kaki menuju kamarnya. Akan tetapi, karena panggilan dari sang putri membuatnya berhenti kembali. Ia membalikkan tubuh, menatap kedua netra sendu milik Sarah. Dagunya terangkat, meminta sang putri untuk mengatakan sesuatu.

"Bagaimana kabar Ayah? Apakah semua pekerjaan lancar dan baik-baik saja?" tanya Sarah dengan suara yang terdengar sedikit gugup. Ia tidak berani menatap sang lawan bicaranya sepenuhnya, sedikit menunduk menatap kedua tangan yang saling bertautan.

Terdengar tarikan napas panjang, diakhiri embusan yang berat. Jim Johnson memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, dahinya terlihat berkerut seperti tengah memikirkan sesuatu yang sangat rumit.

"Semuanya baik, bagaimana dengan dirimu sendiri ... selama dua hari terakhir ini?" balas Jim dengan balik bertanya.

Sarah menganggukkan kepalanya pelan dan berkata, "A-aku baik-baik saja, Yah. Bahkan, aku sudah menulis satu lagu di minggu ini. Berbeda dari yang lain, apakah Ayah mau mendengarnya?"

"Tentang apa?"

"Em, sebenarnya tentang ... perasaan dengan lawan jenis, Yah."

Dahi Jim seketika mengkerut setelah mendengar jawaban dari Sarah, ia memajukan beberapa langkah ke depan. Kepalanya dimiringkan menatap sang anak, ia melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya. "Kenapa kau menulis lagu tentang itu?" tanyanya dengan suara lebih rendah, tetapi Sarah masih dapat mendengarnya dengan jelas.

Sarah menelan ludahnya susah payah, sedikit mengangkat wajah untuk melihat ekspresi sang ayah. Dapat dilihat, Jim terlihat seperti menahan amarahnya supaya tidak keluar dan menjadi bom besar. Dengan satu kali tarikan napas ia menjawab, "Karena ... aku hanya ingin saja, mencoba tema baru yang belum pernah coba sebelumnya. Aku ... aku tidak seperti yang Ayah pikirkan, aku tidak memiliki hubungan khusus dengan siapa pun, apalagi dengan lawan jenis. Ayah bisa menjaga ucapanku, tolong percayalah."

"Jangan pernah percaya dengan cinta atau pun kasih sayang, itu hanya akan melemahkanmu dan membunuhmu secara perlahan," balas Jim. Matanya tajam, tetapi tersimpan kehampaan dan kekecewaan.

Shade of The Villains (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang