Daisy Wieder, seorang gadis yang melekat dengan seni. Masa remaja yang seharusnya dipenuhi kenangan warna-warni, justru terjebak dalam sangkar penuh dengan monokrom basi.
Menyebarnya kabar berita tentang pencurian dan pembunuhan misterius, menyeretn...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading🙆
***
Lamunannya terpecahkan begitu saja dengan suara melengking yang memekakkan telinga. Pintu kamar dibuka dengan paksa dan keras hingga membuat Noah terduduk tegap. "Apa-apaan kau ini?" murkanya.
Tatapan tajam dan kerutan di dahi, membuat Daisy menampakkan deretan giginya dengan segera. Tentu saja, ia kesal karena mendapatkan teriakan yang memanggil namanya tanpa sebab.
"Aku lapar," celetuk Daisy.
Noah hendak membalas, tetapi terhenti karena mengingat sesuatu. Saat di restoran tadi sore, tanpa sadar ia menghabiskan seluruh makanan yang dipesan, kecuali cobb salad tertinggal saat mereka terpaksa terburu-buru meninggalkan restoran. Noah kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dan berkata, "Makan apa saja yang ada di kulkas."
Daisy mengerucutkan mulutnya, menghampiri sepupunya itu untuk memukul keras dengan bantal. "Di kulkas hanya dipenuhi dengan minuman soda milikmu, tidak ada makanan sama sekali. Kau menyuruhku untuk meminum itu semua hingga membuat perutku kembung dan sakit?" hardiknya.
"Kalau begitu, tinggal beli makanan saja."
"Minimarket dari sini sangat jauh, Noah. Aku belum bisa mengendarai mobil, di rumahmu tidak ada sepeda. Lalu, menurutmu aku harus berjalan kaki? Big no!"
Mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Daisy, Noah mengarahkan pandangannya kepada gadis itu dengan terkekeh pelan dan bergumam, "Sepertinya kau tidak menggunakan otakmu sepenuhnya. Maksudku, kau tidak perlu keluar untuk membeli makanan. Memesan lewat online bisa, kan?"
Sontak saja, Daisy menepuk dahinya dengan telapak tangan. Buru-buru menyambar ponsel yang berada di dalam meja dekat kasur milik Noah. Menggulirkan layar penuh konsentrasi, sesekali menjilat bibir menahan godaan dari beberapa pilihan gambar makanan yang akan dipesan.
"Sebaiknya ... kau pergi dari sini secepatnya."
Suara itu menghentikan pergerakannya, mengalihkan pandangan kepada lelaki yang tengah duduk silang menatap kosong ke depan. Ia memiringkan kepala untuk bertanya, "Kau mengusirku? Kenapa? Apakah kau merasa terganggu dengan kehadiranku di sini?"
"Baru sadar?" Noah kembali terkekeh pelan, tangannya tergerak untuk menunjuk ke arah bingkai foto yang terpajang tegak di meja komputer game-nya. Seorang gadis yang tengah menjulurkan lidah seperti mengejek, dan di sebelahnya terdapat seorang anak laki-laki dengan wajah marah memandang gadis di hadapannya. Tangannya mengepal, menyiratkan dendam yang tertahan.
Terdengar tarikan napas yang berat. Mulutnya mulai terbuka untuk berucap kembali, "Sungguh, dulu aku memiliki keinginan untuk memutilasi tubuhmu karena kau semakin menghancurkan mainan robotku, padahal aku sedang memperbaikinya."
Tentu saja, ucapan Noah membuatnya harus mendapatkan pukulan keras dari Daisy lagi. Lelaki itu melindungi tubuhnya dari serangan dengan kedua tangan, tanpa ekspresi. Hal itu membuat Daisy tersadar dan menghentikan tindakan kekerasannya.