Happy reading🙆
***
Lelaki itu tercengang setelah mendengar pertanyaan dari gadis di hadapannya. Bagaimana bisa dia tahu akan hal itu? Apakah aku pernah ketahuan? Padahal aku sudah bersembunyi sebaik mungkin, bahkan di semak-semak. Sekarang tamatlah riwayatmu, batinnya.
Mengubah tatapan hangat menjadi tajam, tetapi terlihat menenangkan. Berpura-pura bingung dengan munculnya kerutan di dahi. "Maksudmu? Mungkin kau salah orang," elaknya.
Daisy membuang buka sembari tertawa dan membalas, "Tidak perlu berpura-pura kaget seperti itu. Secara tidak sengaja, aku pernah melihatmu hendak memotret diriku saat pulang sekolah menggunakan kamera di lehermu itu. Dengan mata kepalaku sendiri, tidak ada alasan untuk menghindar lagi."
Tidak ada jawaban, lagi-lagi lelaki itu terdiam. Daisy memutar bola mata kesal, melanjutkan kalimatnya di dalam hati. Dia tuli atau bagaimana? Tidak ada respon lagi? Padahal aku menginginkan percakapan lebih dari ini.
"Iya, mungkin itu aku dan kau tidak salah orang. Tetapi, aku memang suka memotret lingkungan sekolah, terlebih lagi dengan objek siswa yang mulai berhamburan keluar meninggalkan gedung sekolah, membuat foto menjadi Itu memang hobiku, tidak ada salahnya dan terlalu percaya diri itu tidak baik," balas lelaki itu dengan senyuman tipis di akhir kalimatnya.
Yang dikatakan lelaki itu ada benarnya juga, mungkin Daisy hanya terlalu percaya diri hingga membuatnya kehabisan kata-kata. Mengalihkan pandangan ke arah lain dan memikirkan cara untuk mengalihkan topik pembicaraan atau kabur tanpa rasa malu.
"Daripada diam saja, lebih baik kau berkenalan saja denganku." Seolah membaca pikirannya, lelaki itu kembali bersuara di tengah keheningan yang baru saja hadir menyelimuti mereka berdua.
Daisy menatap lelaki di hadapannya sesaat dan bertanya, "Apa untungnya untukku jika berkenalan denganmu?"
"Rasa penasaranmu akan hilang secara bertahap," jawab lelaki itu. Ia mengulurkan tangannya ke depan, bermaksud untuk bersalaman. Namun, Daisy hanya menatap tangan yang mengambang di udara itu dengan memiringkan kepala dan lipatan di dahi.
Menyadari bahwa tidak ada respon dari lawan bicara, ia menurunkan kembali tangannya dan berucap, "Justin Barnes. Ingat, Barnes, bukan Bieber ... karena aku tidak bisa bernyanyi."
Setelah memperkenalkan diri, Justin melenggang pergi tanpa menunggu balasan dari Daisy. Sontak saja, gadis itu tertawa kecil setelah Justin hilang dari pandangannya. Menggelengkan kepala, berusaha tidak mempedulikan lelaki yang baru saja dikenalnya. Akan tetapi, gadis itu merasakan hal berbeda saat berbicara dengan Justin. Kemungkinan yang dapat dipikirkannya hanya satu ... atau mungkin dua. Antara canggung karena pertama kali bertemu, atau munculnya rasa pada pandangan pertama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Shade of The Villains (End)
Teen FictionDaisy Wieder, seorang gadis yang melekat dengan seni. Masa remaja yang seharusnya dipenuhi kenangan warna-warni, justru terjebak dalam sangkar penuh dengan monokrom basi. Menyebarnya kabar berita tentang pencurian dan pembunuhan misterius, menyeretn...