Happy reading🙆
***
Daisy dan Noah mengerutkan dahi kebingungan setelah mendengar ucapan dari Sarah yang menimbulkan pertanyaan dalam benak masing-masing. Gadis itu tidak kunjung melanjutkannya, ia masih terdiam dengan butiran keringat yang mulai bercucuran di wajah.
"Hei, ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan hingga berkeringat dingin seperti ini?" tanya Noah sembari mengusap tetesan air keringan di dahi Sarah dengan lembut.
Sarah mendongak, menatap Noah dengan wajah yang terlihat ketakutan. Matanya sudah berlinang air yang siap tumpah kapan saja, bahunya sedikit bergetar. Melihat hal itu, tanpa basa-basi Noah langsung mendekap erat tubuh mungil gadis itu, mengusap punggungnya berharap dapat menyalurkan ketenangan.
Tepat pada saat itu, air matanya mengalir begitu saja dalam pelukan hangat Noah. Ia terisak pelan, mulai merasakan sakit di kepala karena pikirannya sangat berisik. Selain memberikan sentuhan kehangatan dan ketenangan untuknya, lelaki itu juga membisikkan kata-kata yang dapat membuatnya kuat kembali.
Seharusnya, aku tidak boleh terlihat lemah seperti ini. Kenapa aku menangis karena memikirkan itu tadi? Ah, Noah, batin Sarah.
Gadis berambut hitam panjang itu melonggarkan pelukan, mengusap air mata yang tersisa di bagian wajah. Ia menundukkan kepala, merutuki diri atas perbuatannya barusan, merasa malu. Tarikan napas panjang diambil, berusaha untuk lebih menenangkan dirinya sendiri dan memberi tahu apa yang menjadikannya seperti itu.
"Pelan-pelan saja, tidak perlu dipaksakan jika masih belum bisa," ucap Noah dengan nada rendah dan lembut. Sarah mengangguk sebagai balasan.
Daisy yang beberapa waktu lalu merasa menjadi nyamuk di antara mereka berdua yang tengah berpelukan, kini ia mengusap pelan punggung Sarah, memberikan senyuman dan mengangguk yakin ke arah gadis di hadapannya. "Apa yang seharusnya kita khawatirkan, Sarah?" tanyanya.
Sebelum membuka suara, ia mengalihkan pandangan ke seluruh area yang dapat dijangkau. Lorong terlihat semakin sepi karena sudah lewat dari beberapa menit setelah bel pulang berbunyi. Menyadari hal itu, Sarah terpekik pelan.
"Astaga! Ini sudah sangat terlambat untuk pulang, mereka pasti sudah menunggu diriku lama di luar. Noah, Daisy, aku minta maaf tidak bisa menjelaskannya sekarang di sini. Besok saja atau mungkin kita bisa membicarakannya lewat ponsel, aku harus pulang. Sampai jumpa!" seru Sarah tanpa jeda sedikit pun. Ia langsung berlari kecil meninggalkan Noah dan Daisy yang masih berdiri di tempat dengan wajah kebingungan.
Akan tetapi, langkah kecil milik Sarah terhenti dan membalikkan tubuh ke belakang. Berlari ke arah Noah untuk mencium singkat pipi milik lelaki itu, lalu dengan cepat ia berlari kembali menuju pintu keluar gedung sekolah hingga benar-benar hilang dari pandangan lelaki itu.
Noah mematung dengan tangan yang memegang pipi yang baru saja mendapat sentuhan dari bibir milik Sarah. Wajahnya terlihat mulai memerah dan tersenyum geli saat memutar kembali momen beberapa detik lalu itu. Sedangkan Daisy, ia membekap mulutnya terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shade of The Villains (End)
Teen FictionDaisy Wieder, seorang gadis yang melekat dengan seni. Masa remaja yang seharusnya dipenuhi kenangan warna-warni, justru terjebak dalam sangkar penuh dengan monokrom basi. Menyebarnya kabar berita tentang pencurian dan pembunuhan misterius, menyeretn...