Happy reading🙆
***
Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Noah langsung membawa tubuh mungil Sarah ke dalam pelukannya. Gadis itu terlihat lemah tak berdaya dengan tatapan yang masih kosong. Ia tidak menangis, mungkin air matanya sudah habis. Atau, memang ia tidak dapat mengekspresikan kesedihan yang sangat mendalam, terlalu sakit.
"It's oke, i'm here."
Hanya itu yang dapat keluar dari mulut lelaki dengan rambut acak-acakannya. Percuma jika menanyakan kabar atau perasaan, karena pastinya gadisnya itu sedang tidak baik-baik saja.
Sarah masih terdiam. Tidak membalas pelukan, bahkan menyadari kehadiran Noah pun tidak. Kemudian, lelaki itu melonggarkan pelukannya untuk menangkup wajah gadisnya. Mata mereka saling bertemu selama beberapa detik, seperti menyalurkan kesedihan dan kesepian tanpa suara.
Air mulai membasahi pipi Sarah Kali ini, ia menangis sekencang-kencangnya. Meluapkan emosi yang sebelumnya terpendam dalam pelukan Noah, rumahnya. Pukulan demi pukulan diterima dengan sabar, itu memang tugasnya. Menjadi benteng yang kuat untuk gadisnya, jangan sampai rapuh sedikit pun.
Aku rasa ... apakah hubungan mereka itu seperti kutukan? Baru saja memulai, sudah ditimpa masalah besar. Bagaimana nasib mereka jika tetap diteruskan? Ah, kenapa aku selalu berpikiran negatif! batin Daisy. Sedari tadi, ia hanya dapat diam meonton bagaikan sedang berada di dalam bioskop.
Langkahnya mulai maju untuk mengusap pelan punggung Sarah, ikut berusaha menenangkan dan menyalurkan ketenangan kepadanya.
Akan tetapi, momen mengharukan itu tidak berlangsung lama karena Daisy melihat seorang--lebih tepatnya dua orang yang sedang mengawasi mereka dari depan gerbang rumah keluarga Johnson. Tatapan mereka bertemu hingga membuat Daisy gelagapan dan merasa cemas dalam satu detik.
"Noah."
Daisy berusaha untuk memanggil dan ingin memberi tahu Noah, tetapi laki-laki itu tidak menghiraukannya. Ia memeluk erat Sarah dengan menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, seolah menyuruh sang sepupu untuk diam dan tidak menganggu.
"Noah, orang tuamu ada di depan."
Satu kalimat yang berhasil membuat Noah langsung melepas pelukannya dengan Sarah, jantungnya berdetak lebih cepat. Dengan segera, ia menoleh ke arah gerbang. Ternyata benar, mereka ada di sana dengan tatapan tajam mengintimidasi. Keduanya meneguk saliva masing-masing, kecuali Sarah karena masih tidak menyadari dan tidak peduli dengan semua hal yang terjadi di sekitarnya.
Blake dan Anna menghampiri mereka dengan langkah mantap. Anna melepas tangan Noah yang masih melingkar di pundak Sarah dengan paksa, lalu menariknya tanpa banyak bicara. Sedangkan Daisy, ia hanya diam mengikuti. Lebih tepatnya, ia menurut pada perintah wanita itu hanya dengan melalui tatapan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shade of The Villains (End)
Teen FictionDaisy Wieder, seorang gadis yang melekat dengan seni. Masa remaja yang seharusnya dipenuhi kenangan warna-warni, justru terjebak dalam sangkar penuh dengan monokrom basi. Menyebarnya kabar berita tentang pencurian dan pembunuhan misterius, menyeretn...