17

26 4 10
                                    

Happy reading🙆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🙆

***

Menyesal? Antara iya dan tidak. Daisy masih memikirkan ucapannya yang ditujukan kepada Justin sebelum mengakhiri percakapan antara keduanya. Sedari tadi, ia hanya menatap langit-langit kamar dengan hanya beberapa kali mengedipkan mata.

"Apakah aku terlalu kasar? Apakah ucapanku terlalu berlebihan dan menyakiti hatinya?" gumam gadis itu. Tangannya meraih ke atas, menggapai angin yang tidak dapat tergenggam.

Daisy menggelengkan kepalanya kuat, berusaha untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang hanya akan merugikan dirinya sendiri. "Untuk apa aku memikirkan lelaki itu? Lama-lama, sikapnya membuatku kesal dan risi. Memangnya dia siapa hingga bersikap seolah-olah aku adalah miliknya? Padahal dulu ... dulu aku hanya memberi tahu tentang perasaanku kepada dia. Ah, semua ini memang salahku sendiri. Seharusnya aku tidak mengatakannya waktu itu," sesalnya.

Di saat suasana hatinya memburuk, terkadang ia mencorat-coret cat berwarna di atas kanvas putih berukuran kecil atau sedang dengan mendengarkan lagu dari Bruno Mars tentunya. Tidak terkonsep, tetapi hasil lukisannya lumayan bagus untuk dijadikan sebagai koleksi atau pun karya yang akan dipertontonkan. Meskipun itu tidak akan pernah terjadi karena hanya dirinya dan orang tuanya yang akan melihat lukisan-lukisannya.

Beberapa kali, ia mengembuskan napasnya dengan susah payah. Terdengar berat, seperti berharap bahwa semua beban dalam hidupnya dapat dibuang seketika saat membuang napas. Tentu saja tidak akan semudah yang dibayangkan, hal itu tidak akan pernah terjadi.

Tiba-tiba lagu Just The Way You Are terdengar. Sontak saja, Daisy langsung menghentikan aktivitas melukisnya. Ia terdiam, mendengarkan setiap lirik yabg tertuang di dalam lagu tersebut sembari ikut bernyanyi. Ia tersenyum dengan lebar, suasana hatinya mulai membaik. Gadis itu merasakan kupu-kupu yang mulai beterbangan di perutnya, sensasi yang luar biasa. Padahal ia hanya mendengarkan sebuah lagu, tetapi dengan lirik yang begitu candu.

Di setiap kata yang tercantum di dalamnya, ditujukan kepada seorang gadis yang dikagumi oleh sang penyanyi. Sangat romantis, memiliki hubungan dengan kekasih.

Benar apa yang dikatakan oleh Justin, ia memang ingin mencoba. Akan tetapi, rasa takut terhadap orang tuanya terlalu besar hingga mengalahkan egonya sendiri. Jika melawan, itu sama saja membunuh diri sendiri di tangan kedua orang yang dengan tulus merawat dari kecil hingga saat ini. Pikiran Daisy tidak sesempit itu hingga tega melakukannya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari arah luar, Daisy langsung mematikan lagu yang masih dinyalakan dan bergerak untuk membuka pintu kamarnya. Dapat dilihat, seorang ibu dengan celemek yang melekat di tubuhnya sedang berdiri di hadapannya.

"Turun, waktunya makan malam. Ayahmu akan sedikit terlambat, tidak perlu menunggunya," ucap Laura.

Daisy mengangguk sebagai jawaban, langkahnya kembali ke tempat sebelumnya untuk membersihkan kamarnya yang sedikit berantakan terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup enak dipandang, gadis itu turun dengan berlari kecil menuruni anak tangga yang dapat dibilang cukup banyak.

Shade of The Villains (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang