Happy reading🙆
***
Menunggu beberapa menit lamanya, batang hidung Noah tidak kelihatan sama sekali. Waktu sudah mendekati masuknya jam kelas pertama, tetapi Daisy masih berada di rumah menunggu kedatangan sang sepupu yang sudah diberi tahu bahwa ia meminta untuk berangkat bersama ke sekolah.
"Jika tahu begini, dari tadi aku naik kendaraan umum atau taksi saja, Yah." Daisy menatap lurus ke depan dengan kedua tangan yang bertumpu pada dagu, menampakkan wajah lesu.
Karen mengusap kepala sang putri dengan lembut, memiringkan kepala untuk berkata, "Padahal Ayah sudah mengingatkan Blake atau Anna beberapa kali kemarin. Tunggu sebentar lagi saja. Jika tidak datang juga, Ayah akan pinjam mobil tetangga."
Mendengar hal itu, Daisy menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ayah masih belum sehat, jangan memaksakan diri untuk berkendara terlebih dahulu. Bagaimana jika nanti di jalan mengalami kecelakaan lagi?" balasnya.
Karen langsung meletakkan jari telunjuknya di depan bibir dengan mengedipkan kedua matanya sembari tersenyum kecil, mengisyaratkan bahwa tidak baik berbicara sesuatu yang buruk, apalagi yang belum terjadi.
"Belum datang juga?"
Suara nyaring dari Laura terdengar, mengalihkan pandangan dua orang yang sedang duduk di kursi halaman rumah ke arahnya. Dengan wajah yang masih terlihat masam, Daisy menjawab, "Belum, Bu. Coba Ibu hubungi orang tua Noah."
"Kenapa tidak kamu saja yang melakukannya, menghubungi Noah langsung?"
Daisy menggelengkan kepala dengan cepat setelah Laura berakhir mengucapkan kata terakhir. "Percuma saja aku menghubunginya, dia tidak akan membalas pesan atau teleponku, Bu," balasnya.
Laura hendak kembali ke dalam rumah untuk menghubungi orang tua Noah kembali. Akan tetapi, dengan cepat Daisy mencekal tangan sang ibu dan berkata, "Tidak perlu, Bu. Bagaimana jika aku naik bus saja? Kelas pertama akan dimulai dua puluh menit lagi, akan sia-sia jika hanya duduk diam menunggu sesuatu yang tidak ada kepastian."
Karen dan Laura saling tatap sejenak, kemudian keduanya mengangguk setuju. Daisy mengembangkan senyumannya, meraih ponsel yang berada di atas meja berukuran kecil di hadapannya untuk memesan taksi secara online.
Menghabiskan waktu lima belas menit untuk sampai di Lawrence High School, sudah termasuk saat menunggu taksi datang ke rumah. Jarak antara rumah ke sekolahnya memang terbilang cukup dekat, mungkin tujuh hingga sepuluh menit waktu yang dibutuhkan.
Daisy menghela napas sesaat setelah berlari menuju kelas pertamanya, nasibnya masih beruntung karena tidak terlambat, tiga menit sebelum kelas dimulai. Pelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan dan menenangkan, tidak ada hambatan sama sekali saat memahami materi yang diberikan. Daisy lumayan menyukai pelajaran itu, apalagi guru yang mengajar sangat ramah, sering kali membuat suasana kelas santai dan seru, tidak terlihat tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shade of The Villains (End)
Teen FictionDaisy Wieder, seorang gadis yang melekat dengan seni. Masa remaja yang seharusnya dipenuhi kenangan warna-warni, justru terjebak dalam sangkar penuh dengan monokrom basi. Menyebarnya kabar berita tentang pencurian dan pembunuhan misterius, menyeretn...