BAB23

110 18 0
                                    

Seorang gadis kini sedang duduk diruang rawat dengan mengupas buah jeruk ditangannya sedangkan sang lelaki betah terdiam melihat atap-atap langit ruangan dengan pandangan kosong.

“Aku tau dihatimu tidak ada aku melainkan gadis berlesung pipi itu Ara,” ucap gadis dengan memberikan buah kepada lelaki tersebut.

“Maaf Mil kalau pun kita bersatu itu bukan cinta kamu tidak lupakan dulu kita hampir menjalin hubungan karena paksaan,” ucap Fenly yang menerima buah tersebut.

“Aku tau cinta tidak bisa dipaksakan aku akan membantumu untuk bersama orang yang kamu cintai,” ucap Mila yang kini menyiapkan obat untuk lelaki itu.

“Benarkah?” tanya Fenly dibalas anggukan gadis itu.

Jujur bagi Fenly Mila begitu baik untuknya Mila pernah mengatakan cinta padanya namun mereka tau itu percuma karena Mila hanya mempunyai raganya namun bukan hatinya, seketika mereka masih ingat hampir saja mereka dulu menjalin hubungan bersama dalam pacaran atas permintaan Sandy.

Tapi yang terjadi semua gagal karena Fenly hanya menganggap gadis itu sahabat bukan sebagai gadis biasa, dan kini Mila hanya dapat berharap semoga hati sang abang akan luluh untuk merestui hubungan Fenly dan gadis pujaannya dan tidak keras kepala seperti ini memaksa apa yang bukan but kita itu sangat menyakitkan, hingga seorang lelaki kini memasuki ruangan membuat mereka kembali terdiam.

“Sejak kapan disitu bang?” tanya Fenly.

“Barusan, kalian bahas apa sepertinya seru,” ucap Sandy membuat mereka berdua menggeleng.

“Tidak ada bang,” ujar Fenly.

“Gini dong kalian bersama itu serasi loh kamu dan Mila itu istimewa buatku, dan Fen jangan lagi berhubungan sama gadis rendahan itu,” ucap Sandy membuat Fenly menutup mata menahan sabar.

Lagi dan lagi orang yang sangat dia cintai dihina oleh sahabat yang saat ini merangkap menjadi seorang abang untuknya sejak awal Un1ty terbentuk.

“Bang cukup jangan menghina seseorang bisa jadi dia melakukan itu terpaksa,” ucap Mila membuat Sandy menatap adiknya dengan tajam.

“Masih saja kamu membela gadis tidak tau diri itu,” bentak Sandy langsung berlalu meninggalkan mereka berdua dalam pemikiran.

“Yang sabar ya Fen kelak abang akan sadar kalau gitu aku pamit mau ke kampus,” ucap Mila.

Setelah Mila berlalu meninggalkan Fenly  diruangan tersebut jujur dia merindukan gadis itu namun ponselnya di sita oleh sang abang membuatnya cuma mampu bersabar dan lagi-lagi sabarlah yang menguatkannya.

“Andai saja fisikku tidak selemah ini mungkin aku telah menemui dirimu Ra, maaf telah mengecewakanmu kembali,” lirih Fenly yang kini mulai terlelap.

Sedangkan kini disebuah caffe langganan empat orang lelaki sejak tadi sedang bersama seorang gadis yang betah terdiam membuat tiga lelaki kini berusaha bikin jokes, namun satu lelaki melihat mereka dengan tatapan datar dalam fikirannya kenapa temannya tidak ada yang waras.

“Ara kenapa diam mulu lagi sariawan Lo?” tanya Jackson membuat mereka menatapnya tajam.

“Kalian bersisik sejak tadi,” ucap Jungwo membuat ketiga lelaki itu menyengir.

“Ara ada apa sih ayo cerita jangan dipendam,” ucap Alexie.

Dengan reflek gadis tersebut langsung memeluk lelaki itu dengan menahan tangisnya hingga seorang lelaki kini menghampiri meja mereka dengan tatapan remehnya.

“Ternyata benar kamu itu murahan sekali ya tidak cukup Fenly kamu sakiti dan sekarang kamu bersama keempat lelaki ini ck,” cibir Sandy membuat Ara menunduk.

“Jaga ya omongan lo Ara tidak pernah murahan,” bentak Jansen.

“Tapi nyatanya begitu untung saja ni gadis murahan sudah menjauhi Fenly jadi hidupnya tidak menderita berdampingan dengan gadis itu,” ucap Sandy membuat Jackson memukul sudut bibirnya.

“Anda tidak tau dia siapa jangan sekali-kali mengatakannya murahan karena dia terlalu berharga untuk disamakan!” bentak Alexie.

Sejujurnya seorang humoris jika marah akan sangat menyeramkan seperti pada ketiga lelaki didepannya ini yang siap mendampinginya dalam susah maupun senang bahkan mau membelanya.

Dengan segera Alexie berlalu membawa gadis itu pergi disusul oleh tiga lelaki yang kini mengikutinya dari belakang, setelah tiba berada dalam mobil Ara menangis membuat keempat orang merasa sangat marah pada siapa pun yang berani membuat sahabat sekaligus adiknya menangis.

“Cup cup cup jangan nangis,” ucap Jackson memberikan tisu ke Ara yang diterima dengan senyum tipis.

“Jangan menangis air matamu itu berharga untuk di sia-siakan,” ucap Jungwo lembut membuat Ara mengangguk.

“Terimakasih kalian mau mendampingiku dalam susah dan senang,” ucap Ara yang kini bersender dibahu Alexie.

“Kamu tau orang tua kita itu bersahabat sejak kecil begitu pun kita dan kamu itu Queen kita,” ucap Jansen lembut.

“Kamu itu ratu kita berlian berharga yang tidak pantas disakiti oleh siapapun kami semua disampingmu,” ucap Alexie mengelus rambut Ara dengan sayang.

“Kamu sementara waktu tinggal bersama kamu saja kamu kan sudah seperti adik kami sendiri,” ucap Jansen membuat Ara menggeleng.

“Tidak bisa karena sahabatku disana menunggu,” ucap Ara manyun.

“Baiklah jika ada apa-apa telephone kami mengerti jika tidak maka kami akan sangat marah,” ucap Jungwo yang diangguki Ara dengan tegas.

Sungguh kamu menggemaskan Ara jika bukan sahabat sekaligus adik sudah ku jadikan pacar,” ucap Alexie dalam hati.

.selamat membaca.

UN1TY|| So Bad (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang