BAB24

122 24 2
                                        

Seorang gadis kini berjalan menuju supermarket meski pun hidungnya sedang flu saatnya bahkan beberapa kali dirinya bersin-bersin hal itu membuat seorang lelaki yang tidak terlalu jauh langsung menoleh kepadanya.

“Kamu sudah tau flu masih saja keluar rumah Cit,”

“Eh, sejak kapan kamu ada disini Fik?” tanya Citra yang matanya masih mencari bahan makanan.

“Jangan alihin pembicaraan,” ucap Fiki yang kini melepaskan jeketnya dan memakaikan ke tubuh kecil Citra.

“Fik mending pakai lagi deh jeketnya cuaca akhir-akhir ini hujan terus kamu bisa sakit nanti,” ucap Citra yang merasa tidak enak hati ketika jeket lelaki itu berada ditubuhnya padahal Fiki hanya menggunakan baju kaus.

“Santai saja mau aku temani?” tanya Fiki yang hanya diangguki oleh gadis itu.

Kini tangan Citra telah dengan beberapa snack yang dia beli membuat Fiki berinisiatif mengambil keranjang dorong bernama troli dengan bahagia Citra pun meletakkan semua barang kebutuhannya dikeranjang.

“Aku dorong kamu pilih saja apa yang kamu butuhi,” ucap Fiki yang dibalas anggukan hingga anak kecil berusia 5 tahun menghampiri mereka.

“Hallo tata ganteng,” sapa gadis kecil yang menatap polos Fiki membuat lelaki itu menyamakan tingginya.

“Siapa nama kamu dek?” tanya Fiki lembut.

“Atu Aulel tata sama tata cantik itu udah menitah?” tanya Aurel polos membuat Fiki tertawa.

“Kakak cantik dan kakak ganteng hanya sebatas teman saja,” ucap Fiki membuat gadis kecil itu mengangguk.

“Aurel ayo pulang,” ajak seorang lelaki berusia Fiki.

“Bye bye tata cantik dan tata ganteng Aulel puyang dulu,” ucap Aurel yang kini berlalu dengan lembaikan tangan hingga tidak terlihat lagi

Kok sakit ya cuma dianggap teman apakah aku bisa menaklukan hatimu apa sih Cit itu mustahil,” ucap Citra dalam hati.

Hingga Fiki menatap Citra yang tiba-tiba melamun dengan segera lelaki itu menghampiri sang gadis.

“Kok melamun?” tanya Fiki lembut membuat Citra tersadar.

“Tidak ada, aku cuma melihat anak kecil tadi cantik kamu suka anak kecil?” tanya Citra yang menutupi rasa kecewa karena berharap.

“Iya aku suka anak kecil bagiku mereka gemesin,” ucap Fiki membuat Citra mengangguk dan memasukkan barang ditangannya ke dalam keranjang.

“Aku sudah selesai belanja mau ke kasir,” ucap Citra membuat Fiki mendorong troli tersebut.

“Sudah tidak ada lagi kan yang kurang?” tanya Fiki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sudah tidak ada lagi kan yang kurang?” tanya Fiki.

“Cuma itu saja ini juga sudah banyak,” ujar Citra.

Yang hanya di angguki oleh Fiki dan mereka pun menuju kasir untuk membayar barang yang diambilnya.

“Berapa kak?” tanya Citra.

“345ribu,” ucap sang kasir membuat Citra mengeluarkan isi dompet namun langsung didahului oleh Fiki.

“Pakai kartu ini saja,” ucap Fiki membuat Citra menatapnya.

“Nanti aku ganti,” ucap Citra.

Setelah selesai membayar dan kini dirinya mau mengambil pelastik barang tersebut, namun telah didahului kembali oleh Fiki membuat gadis itu menatapnya bingung lelaki disampingnya sangat mengesalkan.

“Apa gunanya saya sebagai lelaki kalau kamu yang repot dan saya tidak minta kamu untuk mengganti barang ini,” ujar Fiki membuat Citra menunduk.

“Ya sudah kalau gitu aku pesan taksi dul—”

“Pulang sama saya tidak ada penolakan,” potong Fiki membuat Citra menatapnya tajam jujur saja dirinya ingin sekali mengumpati lelaki didepannya.

“Tap—”

“Tidak ada tapi-tapian,” ucap Fiki.

“baiklah-baiklah,” ucap Citra yang kini pasrah terhadap Fiki hingga mereka pun telah memasuki mobil.

“Jangan sekarang ayolah,” gumam Fiki yang kini memegang dadanya nyeri membuat Citra melihatnya bingung.

“Kamu baik-baik saja kan Fik?” tanya Citra mulai hawatir.

“Iya saya baik-baik saja,” ucap Fiki yang kini masih fokus menatap depan.

“Tapi wajahmu pucat banget mending aku yang nyetir kamu istirahat,” ucap Citra membuat Fiki tersenyum.

“kamu hawatir kalau aku kenapa-napa hm?” goda Fiki jahil namun matanya masih fokus.

“Yak! Kamu mengesalkan Fiki,” ucap Citra yang kini pipinya telah memerah karena blushing.

“Pakai blush-on berapa banyak itu wajahnya memerah,” goda Fiki kembali membuat Citra menatap kesampingnya.

“Fik aku baru ingat udara dingin bisa membuat asmamu kambuh, jujur kamu lagi merasakan sakit?” tanya Citra yang baru tersadar dan menoleh ke arah Fiki yang kini menyentuh dadanya membuat Fiki mengangguk lemah.

“Cieee tau saja ya jangan bilang kalau kamu fansku ciee perhatian,” ledek Fiki membuat Citra memanyukan bibirnya.

“Kamu sakit saja masih bisa ngeselin Fik, kita dormmu saja biar Zahra yang jemput aku nanti, dan juga kamu bisa istirahat karena jarak dorm kamu lebih dekat,” ucap Citra tegas membuat Fiki mengangguk.

“Iya bawel,” ucap Fiki kini mencubit kedua pipi Citra membuat gadis itu memukul bahunya.

“Sakit Fik,” ucap Citra manyum membuat Fiki tertawa.

“Ekhem, ayo turun kita sudah sampai di dormku,” ajak Fiki.

Membuat gadis itu mengangguk dan menyusul Fiki keluar mobil, dan kini mereka pun telah memasuki dormnya Citra duduk diruang tamu karena tidak mungkin duduk ruang keluarga karena dia bukan siapa-siapanya Fiki melainkan teman seperti yang dikatakan lelaki itu hingga dua lelaki turun kelantai bawah.

“Halo Citra,” sapa Zweitson yang telah memakai jeketnya bersama Farhan.

“Hallo juga Son, kalian mau kemana?” tanya Citra penasaran.

“Mau kerumah sakit jenguk Fenly besok dirinya sudah bisa pulang,” ucap Zweitson membuat gadis itu mengangguk paham.

.selamat membaca.

UN1TY|| So Bad (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang