BAB33

128 21 0
                                    


Jangan ambil dia ya Tuhan jangan lagi kamu ambil setelah sang papa kamu ambil,” ucap Ara dalam hati jujur rasa panik dan hawatir bercampur jadi satu membuat Ara tidak kuat menahan rasanya kehilangan.

Setelah 1 jam memeriksa dokter pun keluar dengan tatapan yang sulit dibaca membuat mereka semakin panik.

“Bagaimana keadaan abangku dokter?” tanya Jackson hawatir.

“Team saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan lebih menyayanginya dokter Alexie dia telah pergi pada jam 20:00 hari sabtu 2 Maret 2022,” ucap dokter.

Membuat Jackson terduduk dengan menangis sedangkan Jungwo telah terduduk lemas karena salah satu adiknya kini telah pergi sedangkan Ara terdiam dipelukan Jansen.

“Aku janji Alexie akan menjaga berlianmu,” ucap Jansen dalam hati dia juga ikut merasakan kehilangan sosok yang paling ceria dan jahil diantara mereka.

“Hahaha.... Bilang ini prank kan dokter jangan bercanda Alexie tidak mungkin meninggalkan ku dia telah berjanji akan disampingku terus aku tidak percaya secepat ini dia pergi hiks hiks,” betak Ara yang kini menangis membuat tiga lelaki kini sangat hawatir akan keadaannya.

Dengan segera Ara pun memasuki ruangan dan melihat kain yang menutupi wajah Alexie membuat isakan gadis itu menyayat hati siapapun sedangkan ketiga lelaki kini memeluk Ara dengan sayang sedangkan Ara memberontak karena tidak kuat akan kehilangan orang yang bearti buatnya padahal tadi pagi mereka masih bisa bercanda tertawa tapi kenapa sekarang semesta mengambilnya secepat itu apa salahnya hingga dihukum seperti ini.

“Orang tua Alexie lagi perjalan menuju ke Jakarta dan besok Alexie akan dikuburkan,” ucap Jungwo melihat Ara yang memeluk tubuh kaku Alexie.

“Alexie belum mati jangan kubur dia bang jangan bawa Alexie pergi dariku, kamu dengar aku kan ayo jangan pergi tinggalkan aku hiks aku mohon hiks,” ucap Ara yang masih menangis.

Kini memeluk tangan Alexie hingga dia pun pingsan dengan segera Jungwo mengangkatnya dan membaringkannya di sopa.

~
Saat ini Ara berada disebuah taman yang sangat indah dengan gaun serta mahkota bunga membuatnya terlihat sangat cantik disaat dia sedang melihat bunga yang banyak warna seorang lelaki berdiri disampingnya dengan senyum yang akan selalu dia rindukan.

“Hai Queen,” sapa seorang lelaki menggunakan pakaian serba putih dan bersih.

“Alexie,” teriak Ara yang kini berlari memeluk tubuh lelaki itu dengan tangisan.

“Cup cup cup! Jangan nangis sayang, aku akan sangat hancur ketika melihatmu begini jangan nangis aku mau kamu harus kuat,” ucap Alexie yang menghapus air mata gadis didepannya.

“Ayo kembali Alexie siapa yang akan jaga aku,” ucap Ara membuat lelaki itu tersenyum manis.
“Ada Fenly yang akan menjagamu aku tidak bisa kembali sekarang ini tempatku kamu harus terus mendoakanku ya aku selalu ada disampingmu jika kamu rindu lihatlah bulan dilangit itu aku yang selalu melihatmu dari sini,” ucap Alexie membuat Ara menggeleng.

“Aku mau ikut kamu disini,” ucap Ara membuat Alexie mencium kening Ara dengan sayang.

“Belum saatnya kamu disini jaga diri jangan menangis lagi aku selalu didekatmu,” ucap Alexie yang kini perlahan menghilang.
~

“Alexie,” teriak Ara dengan terisak membuat Jungwo memeluk tubuh Ara yang masih sangat kehilangan.

“Jangan menangis lagi dia telah pergi aku akan menggantinya untuk menjagamu adik kecil,” ucap Jungwo menenangkan gadis disampingnya.

Sedangkan dirumah sakit yang sama namun di ruangan berbeda Sandy sedang berdua dengan Fenly yang masih belum sadar jujur Sandy tidak seegois itu sesungguhnya namun fisik Fenly yang drop inilah membuat Sandy menjaga mati-matian Fenly selaku adik tersayangnya setelah Mila dan Firman adik kandungnya.

“Fen cepat sadar abang disini buat kamu abang akan menyatukanmu sama Ara jika kamu bangun sekarang,” ucap Sandy yang kini menangis dan tangannya masih mengelus rambut adiknya dengan sayang.

“Ba—bang San,” ucap Fenly lemah tangannya kini berusaha mencabut maskernya namun ditahan oleh Sandy.

“Iya kenapa hm?” tanya Sandy lembut dengan menghapus air matanya.

“Jangan nangis Aku tidak suka melihatnya bang shhh arghh nangis awsss,” lirih Fenly lemah.

Kini dirinya meringis dengan memegang perut jujur rasanya sangat sakit, membuat Sandy segera memanggil dokter hingga sang dokter langsung memeriksa sang adik sedangkan Sandy kini menunggu diluar bersama Gilang dan Zweitson yang baru datang, hingga Ara lewati ruangan Fenly karena dirinya ingin menuju kamar mayat namun tangannya segera digenggam oleh Sandy membuat gadis tersebut terkejut.

“kenapa bang San?” tanya Ara bingung.

“Bagaimana dok keadaan Fenly?” tanya Sandy hawatir.

“Harus segera di operasi karena bisa berakibat fatal jika dibiarkan terus,” ucap dokter membuat Farhan mengangguk.

“Lakukan yang terbaik buat adik saya dok,” ucap Sandy membuat dokter mengangguk.

“Suster tolong bawa walinya untuk keruang administrasi biar segera tanda tangan dan siapkan ruangan untuk melakukan operasi,” ucap dokter tegas.

“Baik dok,” ujar suster mereka pun langsung berlalu.

“Dok boleh saya menemui Fenly?” tanya Zweitson.

“Boleh tapi jangan biarkan dia banyak bicara saya habis menyuntiknya obat pereda nyeri,” ucap dokter yang kini berlalu.

Dengan segera beberapa mereka berempat langsung menuju ruangan dengan tatapan campur aduk.

“BangSan jangan hawatir aku pasti baik-baik saja,” ucap Fenly lemah membuat Sandy gemas kepada adiknya itu.

“Lihat deh abang bawa apa buat kamu,” ucap Sandy lembut membuat Fenly menoleh meski kini mulutnya terlahang selang dan juga alat pernapasan namun senyum lelaki itu tidak pernah luntur.

“A—Ara bagaimana bisa shh,” ucap Fenly terkejut diiringi ringisan.

“Hebat ya Fen hebat sekali aku menolak kamu bukan bearti kamu seenak ini jadi bisa sakit aku mau kamu pulih sekarang juga biar kita bisa bersama,” ucap Ara lembut.

Membuat Fenly menangis dan berusaha menggapai tangan gadis didepannya karena Ara peka gadis itu pun mengenggam erat tangan lelaki yang kini terbaring lemah.

“Aku akan segera pulih,” ucap Fenly lemah yang kini diangguki oleh Ara.

Hingga beberapa suster pun datang membawa brankar Fenly menuju ruang operasi, dan Ara pun langsung terduduk dengan rasa hawatir cukup dia kehilangan sang ayah dan Alexie jangan lagi kehilangan Fenly, hingga panggilan telephone dari seseorang membuat Ara membacanya dan segera mengangkat.

“Hallo,” ucap seseorang diseberang tersebut.

.selamat membaca.

UN1TY|| So Bad (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang