Chapter 23 - Dua sejoli

218 72 303
                                    

🍁 𝓓𝓾𝓪 𝓢𝓮𝓳𝓸𝓵𝓲  - 𝓓𝓮𝔀𝓪 19

Lepas puas mengelilingi area hijau di hunian mewah keluarga Edgarsyah dan bermain golf di padang golf berstandar Internasional yang sering dipakai turnamen, kini Edgarsyah dan Yocelyn pilih bersantai sejenak di club house komplek dengan spot yang ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lepas puas mengelilingi area hijau di hunian mewah keluarga Edgarsyah dan bermain golf di padang golf berstandar Internasional yang sering dipakai turnamen, kini Edgarsyah dan Yocelyn pilih bersantai sejenak di club house komplek dengan spot yang langsung mengarah ke danau.

Yocelyn menyesap sedikit teh di cangkirnya, sepoi angin menghembus lembut rambut wanginya.

"Xièxiè Yocelyn, sudah meluangkan waktu kamu sekadar menemani om melepas penat," ujar Edgarsyah, lebih dari itu, jelas ada sesuatu yang ingin dia perbincangkan.

"Róngxìng (dengan senang hati)."

Edgarsyah tersenyum tipis, "Kamu tau, ini keseharian kehidupan yang sebenarnya om impikan. Suatu saat nanti menghabiskan masa tua dengan secangkir teh hangat mengobrol bersama sim pu (menantu perempuan) dan bermain dengan sun (cucu)."

"Sekarang om juga bisa seperti itu. Isaac dan Newton seharusnya sudah siap berjalan bersama memimpin kerajaan bisnis yang telah bertahan sangat lama ini."

Tawa renyah keluar dari bibir Edgarsyah, "Bagaimana bisa om lepas kalau mereka berdua saja masih bertentangan? Tak usah jauh-jauhlah, sebelum Isaac-Newton, wa khak wa e ko (saya dan kakak laki-laki saya) juga mengalami kendala yang sama. Dampaknya apa? Gak sedikit lho perusahaan bankrupt karena petinggi dan karyawan juga bingung harus berada di pihak siapa. Jadi om belum bisa benar-benar mengandalkan mereka untuk menguasai semua ini."

Senyum tipis, Yocelyn jadi teringat dengan keluarga besarnya yang tersebar di kawasan Asia Timur, Singapura, dan Filipina— yang sibuk dengan bisnisnya masing-masing, justru wàigōng dan wài pó tidak begitu pusing memutuskan cucu terbaiknya yang akan meneruskan bisnis raksasa properti mereka, pilihan mutlak.

Sekali lagi, they're living lives of Imperial splendor.

Edgarsyah menghisap cangklong terbaik dari koleksinya, "Bagaimana, Yocelyn? Kamu sudah menetapkan satu dari dua tuan muda?"

Dengar pertanyaan itu, selama seminggu ini lebih sering menyendiri memikirkannya dan melihat Newton yang entah kenapa justru menghindar, Yocelyn tau pilihannya.

Dia mengangguk.

"Wow, I didn't expect it to happen that quickly. Tapi om tidak akan bertanya siapa 'dia'."

"Justru saat aku memilih, ini semua baru akan dimulai. Iya 'kan, om?"

Inilah yang Edgarsyah suka, Yocelyn mungkin tenang tapi diam-diam mengkritisi.

"Saya sayang mereka berdua, tapi bagi leluhur keluarga, Newtonlah yang sebenarnya paling berhak menguasai Edgarsyah's family business empire."

Geraman tertahan dari balik pintu memancarkan aura pekat akan amarah, Rosalie memejamkan matanya, "Isaac... you must kill him before he kills you!"

Mi Casa Su Casa | Jungwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang