Chapter 38 - Kisah Tak Sempurna

100 23 0
                                    

🍁 𝓜𝓲𝓶𝓹𝓲 - 𝓐𝓷𝓰𝓰𝓾𝓷 𝓒. 𝓢𝓪𝓼𝓶𝓲

Bentang darat dirancang seperti taman rekreasional, seluas 327 hektar dengan berbagai layanan pemakaman dan mengoperasikan kuburan dan kolombarium (tempat penyimpanan abu kremasi) dari pendahulu orang-orang penting di enam negara—Indonesia, Malays...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentang darat dirancang seperti taman rekreasional, seluas 327 hektar dengan berbagai layanan pemakaman dan mengoperasikan kuburan dan kolombarium (tempat penyimpanan abu kremasi) dari pendahulu orang-orang penting di enam negara—Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Taiwan. Ini sebuah plot pemakaman terindah di Singapura.

Yocelyn meletakkan seikat bunga Anyelir putih di batu marmer depan makam leluhur keluarga Ye, makam yang hampir berbentuk seperti taman kecil yang asri.

Semua anggota keluarga dari yang tertua sampai termuda—memakai pakaian putih—menundukkan kepala mereka dalam, memberi penghormatan.

Ini tradisi tiap tahunnya, Qingmingjie. Aktivitas itu kurang lebih berziarah dan merawat makam leluhur sebagai tanda bakti dan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada leluhur.

Bukan cuma keluarga Yocelyn dan Edgarsyah yang ada di sini, tapi ada banyak keluarga dengan sejarah yang panjang mengunjungi this cemetery—which promises a rich blend of nature and history.

"Yocelyn."

Itu suara Keenan, lama gak bertemu sejak dia sibuk di Shanghai.

"Ya?"

"Tunjuk keluarga manapun yang menarik perhatian kamu," pinta Keenan santai, kedua tangannya berada di saku celana—seolah menunjukkan dominasi.

Tapi Yocelyn bergeming, gak melirik ke arah manapun. "Kalau ini soal pasangan, maka arah yang aku tunjuk akan selalu sama," jawab Yocelyn, dagunya menunjuk ke arah Barat. Gapura keluarga Edgarsyah yang penuh—kecuali Newton—yang masih dipinta untuk istirahat saja di rumah.

Pantauan mata mereka saling berlawanan. Secara natural Yocelyn melipat tangan di depan dada dengan tangan kanan di atas tangan kiri yang memiliki tanda kalau dia punya intelegensi tinggi dan teratur.

Dua bersaudara ini sama-sama punya ego yang tinggi.

"Kenapa? Gak suka?" lawan Yocelyn galak, Keenan tergelak lalu menepuk pelan kepala Yocelyn.

"Apa sih yang udah Newton janjikan ke kamu?"

Soal janji, mengingat-ingat kembali, Yocelyn rasa Newton gak pernah menjanjikan apapun. Dibanding janji, Newton punya komitmen yang kala itu dia sampaikan sendiri di hari pengakuan cintanya lewat analogi kutipan Van Gogh ... yang menjadi alasan Yocelyn bertahan sampai hari ini.

Yocelyn menggeleng pelan dengan ulasan senyum samar, menyentuh kalungnya perlahan.

Melihat itu, Keenan ikut tersenyum tipis.

"Aku cukup banyak menerima hadiah dalam hidup. Tapi, ada satu hadiah paling berharga dan penting dari Papa dan Mama. Mereka memberiku kamu. Kamu ... hadiah terbesar yang Papa dan Mama kasih ke aku. Karena itu, aku mohon ... selalu bahagia, Yocelyn," ujar Keenan, dia malu tapi rasa-rasanya harus mengungkapkan hal ini ke Yocelyn.

Mi Casa Su Casa | Jungwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang