Apa aku punya kesalahan besar di masa lalu?
Tapi kepada siapa?
Pada putri duyung?
Kalau benar, bukannya aku tidak ingin mengakui kesalahanku. Aku bertemu putri duyung selama aku hidup saja tidak pernah.
Bahkan aku saja tak tahu kalau mereka benar-benar ada dan nyata. Lagipula, aku juga baru saja bertemu dengan salah satunya tadi di dalam mimpiku. Huft, bukannya aku benci takdir ini, hanya saja aku tidak percaya.
Kenapa harus aku yang mengalami ini?
Kenapa tidak orang lain saja?
Seketika, pikiranku pun buyar kembali karena Kakakku mengetuk pintu kamar mandiku.
Argh, kenapa ini terjadi padaku?
"Adek, udah selesai belum mandinya? Ayo kita sarapan, Kakak udah lapar nih," ajak Kakakku sambil mengetuk pintu kamar mandi.
Kedua mataku sepertinya membulat terkejut. Aku panik dan ketakutan. Hal-hal yang tak aku inginkan untuk terjadi beradu dan membuyarkan pikiran.
"Apa yang harus kukatakan?" batinku bertanya.
Tak lama, kutemukan alasan yang cocok untuk meyakinkan Kakak agar aku tidak keluar dari kamar mandi sekarang juga.
"Belum Kak, Kakak sarapan duluan aja," sahutku dari dalam kamar mandi.
"Yaudah, Kakak tunggu di dapur ya," balas Kakakku.
Langkah kaki pun mulai terdengar menjauh dari tempatku menyandarkan punggungku. Tepat di balik pintu kamar mandi ini, aku bersembunyi dari Kakakku.
Apa reaksi Kakak jika dia tahu kalau adiknya adalah duyung?
Apakah seperti dalam film-film?
Ditangkap oleh warga dan dikurung?
Dijual dan dipertontonkan demi mendapat uang yang sangat banyak?
Atau bahkan lebih buruk lagi?
Rasanya ingin sekali aku menangis sekencang yang aku bisa, tapi apa daya aku hanya bisa menyembunyikannya. Aku pejamkan kedua mataku, menerima semua kenyataan ini.
Sudahlah, jika takdir bertindak, pasti itu ada sebab musababnya. Maka dari itu, aku harus bisa menerimanya dan mencari sebab musababnya.
Aku ingat kembali dengan potongan-potongan mimpiku semalam. Singkat, tapi itu terus berulang-ulang terpikirkan dalam pikiranku.
Batinku terus saja bertanya. "Bagaimana caranya mengubah ekor ini menjadi kakiku kembali?"
Aku menutup mataku sejenak. Membayangkan kembali bagaimana wujud kakiku sebelum menjadi ekor duyung ini. Aku harap itu membantu.
Tak lama, kubuka kembali mataku. Kulihat ekorku sudah berubah menjadi kakiku. Uwah, keajaiban. Aku pun menarik nafas lega. "Hah, untung saja," batinku.
Aku pun bergegas keluar dari kamar mandi dan segera mengenakan baju, lalu aku pun ikut sarapan bersama Kakakku.
---
"Dek, kita hari ini bersih-bersih ya. Kamu bersihin taman sama kolam renang, oke?" suruh Kakakku sambil menyantap sarapannya.
Aku mengernyitkan dahiku. "Loh kok adek? Kenapa gak Kakak aja?" tanyaku kesal sambil meminum susu yang sudah diseduhkan oleh Kakakku.
Mataku tak henti menatap tajam Kakak dari kuminum segelas susu hangat ini sampai aku selesai meneguknya.
"Adek kayak gak tahu aja, 'kan kalau Kakak yang bersihin nanti malah gak beres-beres. Kakak 'kan suka kepeleset kalau bersihin kolam renang," jawab Kakakku santai lalu beranjak dari bangku dan melanjutkannya dengan membersihkan piring bekas sarapannya pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...