Ternyata, kastil ini luas sekali. Kastil ini sudah terbilang agak tua tapi masih berdiri kokoh di bawah air. Pilar-pilar masih berdiri tegak dengan lambang-lambang yang tak bisa aku tebak. Itu seperti teka-teki untukku.
Aku terlalu penasaran dengan lambang-lambang itu, sampai-sampai aku mulai merasakan tepukan tangan Cristal menyadarkanku dari lamunan. Aku pun melirik Cristal yang berada di sisiku. "Ada apa?", tanyaku singkat.
"Lihat ke sebelahmu", jawabnya sambil menyuruhku. Aku pun melakukan apa yang dikatakan Cristal. Kini, yang ada di hadapanku sekarang adalah Venus?
"Venus?", panggilku. Aku terkejut bahwa dia ada di sini. Dengan wujud duyungnya, aku sempat tak bisa mengenalinya.
"Oh, ternyata kalian berdua yang ingin bertemu dengan Ibuku. Ayo, biar aku antar ke singgasananya", dia pun berenang mendahului kami. Kami saling bertatapan lalu mengikutinya.
"Venus, kamu benar-benar anak Ratu Duyung 'kan?", tanya Cristal. Sepertinya dia tak percaya bahwa akhirnya dia bertemu dengan Venus.
"Iya, aku anak dari Ratu. Namamu Cristal 'kan?", Venus pun mulai melirik wajah Cristal.
Cristal membulatkan mata sejenak. "Ka-kamu tahu namaku?", tanyanya. Venus tersenyum sejenak.
"Aku tahu dari kalung yang kamu pakai. Kalung kristal", jawabnya lalu menatap kembali ke arah depan. Tak lama dia melirikku. Aku sedikit tersentak karena dia tiba-tiba melirikku.
"Ternyata Wissa itu namamu Eddelwiss. Kamu berteman dengan Cristal?", tanya Venus.
Aku mengangguk mengiyakan. "Iya, aku berteman dengannya", jawabku.
Akhirnya, kami bertiga pun sampai di sebuah singgasana. Di sana ada seseorang yang tengah duduk di atas singgasana berhias kerang laut. Dia berbalik, menatap kami bertiga. Apakah dia Ratu Duyung yang sering dibicarakan oleh Cristal?
Dia sangat cantik. "Ah, tamu yang sudah aku tunggu-tunggu, Wissa", ucapnya sambil memanggil namaku. Aku tersenyum lalu membungkukkan badanku sebentar.
"Senang bertemu denganmu, Yang Mulia", ucapku.
"Kamu menjadi salah satu di antara kami karena ada masalah 'kan?", tanya Sang Ratu. Aku sedikit tersentak mendengar hal itu. Mataku sekilas membulat. Aku terdiam sejenak, baru saja bertemu aku sudah diberi pertanyaan seperti itu.
"Entahlah Ratu. Kalaupun aku mengiyakannya, aku tidak tahu masalah apa yang kuhadapi", jawabku sambil menundukkan kepala.
"Sepertinya, masalah apa pun yang kamu hadapi tak nampak seperti masalah di matamu. Kamu menghadapinya dan melupakannya dengan cepat", ucapnya. Aku mengangguk pelan lalu aku menatap Sang Ratu yang tengah duduk di sebrangku.
"Kami menjadikan manusia sebagai putri duyung karena ada alasan tertentu. Dan kami pun tidak sembarang memilih manusia untuk menjadi salah satu di antara kami"
"Seperti manusia yang punya masalah dalam dunia nyata atau pun manusia terpilih untuk dijadikan salah satu dari kami akan kami bawa ke dalam sebuah mimpi"
"Mimpi ini bukan sembarang sebuah mimpi atau bunga tidur. Mimpi yang kami bawakan itu memang nyata"
"Kami menjadikan kamu duyung karena keinginanmu yang sangat kuat di masa kecilmu. Kamu menyukai setiap apa yang para duyung lakukan"
"Bahkan, kamu berkeinginan kuat untuk menjadi salah satu di antara kami semua. Sebagai hadiah, aku mengabulkan keinginanmu sekarang"
Aku terpukau mendengar semua ucapan yang dikatakan oleh Sang Ratu. Iya, kini aku ingat, aku memang ingin jadi salah satu di antaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...