Hari ini aku kembali bersekolah. Bersama Jack dan juga Venus. Venus terus saja berbicara tentang Jack yang seharian sebelumnya hanya melamun dan gelisah terus menerus. Katanya, karena aku sakit, Jack jadi murung dan melamun. Apa semalam dia berlari di lorong karena ada sebabnya?
Apa dia gelisah karena kondisiku?
"Kemarin aja, pas si Jack latihan basket nih ya Eddelwiss, dia diam melamun gak fokus sama permainan. Sampai kepalanya kena bola basket baru sadar dah tuh", ucap Venus.
"Ngaku lo Jack, kalau lo khawatir 'kan sama Eddelwiss?", Venus pun menyenggol bahu Jack yang tengah bersandar di dinding dekat mading sekolah.
Jack memalingkan wajahnya. "Diam lo Venus", ucap Jack. Wajahnya nampak memerah, aku hanya tersenyum-senyum melihat dirinya yang tengah malu seperti itu.
Venus masih sengaja menggoda Jack, Jack akhirnya meluapkan emosinya dan Venus tertawa. Aku terkekeh melihat tingkah mereka berdua. Walau aku memang jarang mengobrol seperti ini bersama mereka, tapi mereka bisa membuatku merasa seperti teman dekat mereka berdua.
---
Aku berjalan menuju perpustakaan. Tempat yang sepi penuh dengan buku-buku. Tapi, hari ini tak sesepi yang aku rasakan setiap aku pergi ke sini. Rasanya, atmosfer di sekitarku mulai berubah menjadi dingin. Leherku merasa merinding, aku mengusapnya perlahan.
Aku berusaha untuk tak mempedulikannya. Mungkin ini hanya ketakutan berlebihanku yang masih menghantuiku. Aku perlu terbiasa dengan hal seperti ini, aku harus bisa menjalani kehidupan sebagai manusia biasa pada umumnya. Tapi, yang aku harus garis bawahi adalah, kakiku tak boleh terkena air. Atau aku akan berubah menjadi putri duyung.
Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam ruangan perpustakaan. Aku segera menghampiri ibu guru yang bertugas menjaga perpustakaan. Aku pun menaruh buku novel yang kupinjam beberapa hari lalu di meja penjaga perpustakaan.
"Terima kasih Bu, bukunya bagus", ucapku sambil tersenyum.
Ibu itu tersenyum balik sambil mengangguk. "Buku ini lagi banyak-banyaknya yang pinjam ya?", ucapnya. Aku hanya diam mendengarkan, karena dari nadanya berbicara, sepertinya dia akan melanjutkan kalimatnya.
"Kapan-kapan Ibu juga akan meminjamnya", lanjutnya sambil menatapku. Aku terkekeh dan mengangguk mengiyakannya. Lalu, aku izin pamit dan pergi berlalu dari pintu perpustakaan.
---
Kali ini, lorong sekolah rasanya sepi sekali. Rasanya sangat mencekam. Leherku kembali merasa merinding. Bulu kuduk di tanganku naik, seluruh tubuhku rasanya membeku. Angin di sekitarku berhembus dingin. Kenapa aku merasakan hal yang bisa dibilang mistis?
Biasanya aku tak pernah merasakannya sama sekali. Apa ini karena ketakutanku?
Ah, ketakutanku memang agak berlebihan. Apalagi, aku takut ketahuan kalau aku itu putri duyung. Tapi, aku tak perlu takut seperti ini. Takut bisa membuat pikiranku buntu untuk mencari jalan keluar jika aku dalam masalah.
"Hei", apa seseorang memanggilku?
Aku melirik sambil membalikkan badanku. Aku melihat dua laki-laki yang tengah menghampiriku. Aku tahu mereka siapa. Mereka adalah Putra dan Raihan. Dasar, kenapa aku harus bertemu mereka di saat seperti ini?
Tiba-tiba, tanganku digenggam kuat dari belakang. Aku tidak tahu jika Raihan sudah ada di belakangku. Aku meronta-ronta agar Raihan melepaskan tanganku. "Hei! Apa yang kalian mau dariku?", gertakku sambil menatap tajam mereka berdua.
"Tanpa bertanya pun kamu sudah tahu apa yang ingin kita lakukan", jawab Putra.
Putra menghampiriku yang masih berusaha lepas dari cengkraman tangan Raihan. Jari jemari Putra mengusap leherku sampai ke tengkuk belakangku. Saat tangannya sudah mengelus leherku dan membuatku merinding, dia memperlihatkan kalung kerang yang seharusnya melingkar di leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...