Dengan sekejap mata, kalung dan gelangku itu sudah berubah seperti semula. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Dia mengulurkan kalung dan gelang milikku.
"Nih, cepat pakai dan ubah ekormu sebelum ada yang tahu", suruhnya. Dia beranjak pergi lalu berjalan menuju tangga. Dia berdiri mematung di sana. Sepertinya dia berjaga-jaga kalau ada orang yang berjalan kemari.
Aku pun segera memakainya. Dan kulafalkan mantra dengan bantuan gelangku itu. Akhirnya, ekorku sudah berubah menjadi kakiku lagi.
Aku merasa sangat senang, karena Venus, aku tidak berakhir terbaring lemas seperti ikan yang ada di pesisir pantai. Aku berjalan menghampiri Venus. "Venus", panggilku sambil menepuk bahunya.
Dia menoleh kepadaku. "Sudah?", tanyanya singkat. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum.
"Sudah, kalau gitu aku ke kelas dulu ya. Kayaknya aku bakal telat masuk jam pelajaran sekarang", jawabku.
Baru tiga anak tangga yang kupijaki, Venus mencekal tanganku. Aku meliriknya yang berada di belakangku. "Sebelum ke kelas, sembuhin dulu tangan kamu. Mana mungkin kamu ke kelas dengan tangan terluka seperti ini"
Ah, aku hampir lupa dengan luka di tanganku. Aku hanya terkekeh karena baru mengingatnya. "Baiklah, aku akan menyembuhkan lukaku dulu", ucapku.
"Biar aku yang menyembuhkannya", ucap Venus tiba-tiba sambil memegang pergelangan tanganku yang satunya lagi. Aku meringis kesakitan, aku malah teringat cengkraman tangan Raihan tadi. Aku berkali-kali menarik paksa tanganku sampai merasa sakit seperti ini.
Tapi, kenapa sekarang rasanya sakit sekali?
Bukankah tadi Venus juga mencekal tanganku karena berusaha menahanku untuk pergi?
"Ah maaf, apa aku mencekramnya terlalu kuat?", tanya Venus sambil melirikku. Wajahnya spontan mendekat, sangat dekat dengan wajahku.
"Tidak, hanya saja pergelangan tanganku masih sakit", jawabku.
Aku kembali duduk dekat sebrang jendela, Venus juga begitu. Kami duduk berdua, saling berhadapan. Matanya terpejam, sebuah cahaya bersinar keluar dari telapak tangannya. Angin sepoi-sepoi masuk melewati jendela dan menerpa rambut Venus.
Beberapa detik setelahnya, tanganku sembuh. Seperti tidak ada luka gores ataupun luka sayatan. Dan rasa sakit bekas cengkraman itu kini menghilang.
Matanya kembali terbuka, kedua tangannya melepas tanganku yang tadi dipegangnya. Padahal aku bisa menyembuhkannya sendiri, tapi, apa aku tidak tega melukai perasaannya yang ingin menolongku?
Dia hanya ingin menyembuhkan lukaku, aku bisa memberikan kesempatan untuknya sekali ini saja. Mungkin nanti, aku akan membalasnya walaupun dia sendiri bisa mengobati luka itu.
"Terima kasih", ucapku.
Dia tersenyum senang. "Hm, kamu baru berterima kasih setelah aku menyembuhkan lukamu?"
Ah, kenapa aku baru ingat? Dia sudah menolongku dengan membenarkan kalung dan gelangku. Kenapa tadi aku tidak berterima kasih?
Aku malah berniat meninggalkannya menuju kelas tanpa mengatakan terima kasih. "Maaf, aku memang tidak tahu terima kasih", ucapku sambil menghindar dari tatapannya karena malu.
"Tidak apa, asal kamu masih ingat untuk berterima kasih padaku, aku tidak masalah. Oh ya, sama-sama", balasnya.
Aku menghela nafas pelan. Pikiranku kini tertuju pada satu hal, kelas. "Hei, apa kita tidak telat masuk kelas?!", tanyaku panik sambil meliriknya.
Tapi, Venus nampak santai. Venus menggeleng pelan. "Eddelwiss, guru-guru lagi rapat. Jadi, kita di sini aja ya. Tunggu bel masuk selanjutnya", jawabnya. Aku mengangguk mengiyakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...