-Author POV-
Eddelwiss tengah berlari di tengah hutan. Raut wajah Eddelwiss nampak gelisah. Eddelwiss berkali-kali menggelengkan kepalanya. Seakan-akan ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
"Eddelwiss, tolong aku", lirih seseorang.
Eddelwiss pun terjatuh. Dia meringis lalu tangannya mengusap air matanya yang mengalir di pipinya. Dengan posisi bersimpuh, dia menangis sambil memegang kepalanya.
"Aku tidak mau dijadikan tumbal", lirihnya lagi.
Kalimat-kalimat itu mengusik pikirannya. Eddelwiss merasa tak berguna, dia tak bisa mencegah penyihir itu untuk menculik temannya. Dia hanya bisa bangkit lalu kembali berlari tak tahu arah.
Sampai di mana dia menyadari kalau dia sudah terjatuh dari atas jurang. Pupil matanya membulat panik, angin menggelebuk di sekitar tubuhnya ketika terjatuh dari atas sana.
Percikan air meluap tinggi, tubuh Eddelwiss perlahan-lahan tenggelam ke dasar. Kedua matanya mengerjap beberapa kali agar dapat melihat di dalam air. Dan yang dia lihat adalah bayangan hitam mengerikan.
Tangan si bayangan itu menyentuh pipi Eddelwiss lalu mengusapnya perlahan. "SELAMATKAN AKU!", ucap sang bayangan sambil meninggikan suaranya. Mulutnya bergerigi ketika terbuka saat berbicara, membuat Eddelwiss berteriak ketakutan lalu menutup kedua matanya rapat-rapat.
---
Eddelwiss berteriak sangat keras. Eddelwiss terdiam lalu menyadari bahwa dirinya tertidur di dalam kelas. Dan hanya ada dia sendirian di sana. Eddelwiss menghela nafas lega sambil mengusap dadanya.
"Itu hanya mimpi", gumamnya.
"Kamu bermimpi apa sampai berteriak seperti itu? Apa kamu bermimpi buruk?", tanya seseorang pada Eddelwiss. Yang tak lain dan tak bukan dia adalah Putra. Putra berdiri di ambang pintu kelas lalu berjalan menghampiri Eddelwiss.
Eddelwiss sudah menyadari jika Putra akan melakukan sesuatu padanya, dia langsung menggendong tasnya dan berbalik menuju pintu belakang. Tapi, sayangnya sudah ada Raihan yang menghadang pintu keluarnya.
"APA YANG KALIAN MAU? TIDAK BISAKAH KALIAN PERGI DARI KEHIDUPANKU?!", tanya Eddelwiss dengan nada bicaranya yang meninggi. Putra dan Raihan hanya tertawa sebagai respon.
"Sstt! Kita akan pergi ke suatu tempat dan kamu berhak untuk diam!", gertak Putra.
Putra melirik Raihan yang berada di belakang Eddelwiss. Eddelwiss terpancing untuk berbalik menatap Raihan dan yang dia lihat adalah sebuah balok kayu kaki meja yang siap menghantam kepalanya.
Pukulan keras mendarat di kepala Eddelwiss. Eddelwiss memegang kepalanya lalu terjatuh pingsan. "Bawa dia", suruh Putra. Raihan segera menggendong Eddelwiss lalu mengikuti Putra yang berjalan lebih dulu.
---
-Eddelwiss POV-
"Uhm, aku di mana?", batinku.
Aku mencoba mengerjapkan mataku beberapa kali untuk menjernihkan pandanganku. Samar-samar kini mulai menjelas. Aku melirik setiap sudut gelap yang melingkupiku. Sepertinya aku ada di gudang yang sudah tak terpakai.
Aku baru menyadari aku tak bisa melepaskan diri dari sini. Kulirik tangan dan kakiku sudah terikat oleh tali. Dan mulutku sudah ditutupi oleh isolasi hitam agar aku tidak berteriak.
Dengan bangku dan meja yang berantakan di sekitarku. Hanya menyisakan lingkaran tanpa halangan kursi di tengah-tengahku. Jendela terbuka lebar, memperlihatkan indahnya bulan purnama yang tengah bersinar. Ditambah bintang-bintang yang menyebar di seluruh penjuru langit, itu membuatku sedikit senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...