Mermaid.25

148 17 0
                                    

Eddelwiss beranjak duduk. Dia meraba lantai tempat si kelinci itu pergi. Dia tersenyum lalu melihat ke arah jendela. Eddelwiss berusaha berdiri lalu berjalan ke arah jendela.

Dia mengambil sebuah balok kayu yang berada dekat di bawah kakinya. Dipukulnya kaca jendela itu, kini retakan mulai terlihat dan menyebar. Eddelwiss kembali memukulnya dan akhirnya kaca jendela itu pecah sepenuhnya.

Pecahan kaca itu berserakan ke dalam ruangan dan juga ke luar. Untung saja Eddelwiss masih menggunakan sepatu, dia tak perlu khawatir karena takut menginjak pecahan kaca itu.

Eddelwiss berusaha keluar melewati jendela itu tanpa terkena kaca jendela yang masih ada di setiap sisinya. Itu bisa membuatnya terluka. Dia berusaha untuk memecahkannya saja susah. Dia mencoba dengan sangat berhati-hati.

Dia mulai mengeluarkan kakinya perlahan. Kakinya kini menapak ke tanah. Setelah merasa aman, dia langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Dia terlentang di atas tanah, mengatur nafasnya yang dangkal. Dia tersenyum ceria karena bisa bebas.

Kini, dia harus mencari jalan keluar. Tapi, lebih baik dia mencari makanan. Eddelwiss beranjak berdiri lalu berjalan meninggalkan tempat yang dijadikan Putra sebagai tempat pengasingan untuknya.

Matahari sudah berada di atas kepala. Eddelwiss sudah lelah karena berjalan sangat jauh tanpa berhenti. Sekarang, dirinya terjatuh ke tanah dan pandangannya perlahan menghitam.

---

-Eddelwiss POV-

"Hei, bangunlah", suara itu sudah sedari tadi bergema di telingaku. Aku mencoba membuka mata dan melihat siapa dia. Aku melihat seorang pria di hadapanku, tangannya berada di pipiku. Aku sempat merasakan tepukan pelan di pipiku tadi.

"Akhirnya kamu sadar juga. Aku khawatir karena kamu tidak sadar dari tadi siang", ucapnya lalu tersenyum karena untungnya aku baik-baik saja.

"A-aku di mana? Kamu si-siapa?", tanyaku.

"Kita ada di gua dan ya panggil saja aku Star", jawabnya.

"Oh iya, apa kamu lapar? Aku sudah memasak ikan bakar untukmu", ucapnya.

Dia mengajakku ke luar dan aku pun mengikutinya dari belakang. Sekarang, perutku berbunyi keras sekali. Aku memeluk perutku sendiri karena sudah beberapa hari ini aku tidak makan sama sekali.

Star melirikku dan tersenyum. Dia pun duduk di dekat api unggun yang tengah menyala. "Duduklah", ucapnya sambil menepuk tanah yang kosong di sisinya.

Aku pun duduk di sisinya. Ah, rasanya hangat jika berdekatan dengan api unggun. Dia memberiku ikan bakar yang sudah matang. "Makanlah, sepertinya kamu sangat lapar", ucapnya sambil tersenyum padaku.

Aku tertawa kecil lalu mengambilnya. "Terima kasih", ucapku. Dia mengangguk lalu mengambil ikan bakar yang lain untuk disantap olehnya. Aku segera memakannya dan rasanya enak.

"Apa kamu tersesat di sini?", tanya Star.

Aku tersenyum kecut mendengar pertanyaannya. "Tidak, aku di bawa oleh seseorang ke sini dan dia menyekapku sampai kelaparan seperti ini. Dan sekarang aku harus mencari jalan untuk kembali pulang", jawabku.

"Ayo kita mencari jalan pulang bersama!", ucapnya bersemangat.

Aku meliriknya yang tengah menatapku. "Kita bisa keluar dari hutan ini dan kembali pulang, asal kita harus mencari jalan pulang bersama-sama"

Dia menganggukkan kepalanya beberapa kali. Dia seakan memintaku untuk mengiyakannya. Tapi, memang lebih baik jika aku mencoba untuk mencari jalan pulang bersamanya. Aku tersenyum senang dan mengangguk. "Baiklah, kita akan mencari jalan pulangnya besok", ucapku setuju.

I AM MERMAID [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang