Aku mundur selangkah demi selangkah. Begitu pun dengannya, dia mendekatiku selangkah demi selangkah.
Aku terus mundur sambil memegang erat kalung dan gelangku. Putra menghampiriku sambil membuka tutup botol air itu.
"Kenapa kamu takut? Apa air ini membuatmu takut?", aku menggelengkan kepalaku sambil berjalan mundur. Dia meneguk air itu dan memperlihatkannya padaku.
"Air ini tidak berbahaya kok", ucapnya sambil melihat botol air yang dipegangnya.
Tiba-tiba, Putra mengulurkan tangannya dan tangannya mengeluarkan asap berwarna hitam. Seketika aku terjatuh dan tak bisa berdiri. Apa ini?
Dia memiliki kekuatan sihir?
"Sekarang kamu mengerti apa yang aku maksud dengan di bawah kendaliku?", aku hanya terdiam menatapnya yang sudah siap mengguyurku dengan air itu.
Tiba-tiba, seseorang menyerang Putra dari belakang. Putra jatuh tersungkur ke sisiku dan dia langsung menghampiriku. Dia merentangkan tangannya lalu menggendongku. Entah, aku tidak tahu dia akan membawaku ke mana. Aku juga tidak tahu siapa dia, wajahnya tertutupi oleh topeng.
Badanku rasanya lemas, tak terasa kepalaku bersandar padanya. Tak lama, aku rasanya tidak mendengar apa pun. Semuanya gelap dan sunyi di sini.
---
-Jack POV-
Aku menaruh Eddelwiss di bangku taman. Dia terkulai lemas, aku merasa khawatir sekarang. Maafkan aku, apa yang aku lakukan tadi itu di luar kendaliku.
---
Flashback On"Hei Jack, Eddelwiss tumben gak sama lo", ucap Putra sambil menepuk bahuku. Aku meliriknya lalu membuang muka.
"Gue gak bakal biarin lo deketin Eddelwiss", ucapku lalu pergi meninggalkannya.
---
Flashback Off"Apa karena itu aku kehilangan kendali?", tanyaku. Aku mengingat saat bahuku ditepuk oleh Putra. Ah, sebenarnya apa yang terjadi denganku?
"Jack?", aku melirik siapa itu. Ternyata dia Venus. Dia berdiri di hadapanku lalu duduk di samping Eddelwiss. Dia melirik Eddelwiss lalu melirik topengku.
"Apa yang terjadi?", tanya Venus.
Aku pun menceritakan pertikaianku dengan Eddelwiss dan tentang percakapanku dengan Putra. Aku juga bercerita tentang kecurigaanku pada Putra yang tiba-tiba datang menepuk bahuku dan menanyakan Eddelwiss ada di mana.
"Tidak mungkin", ucap Venus setelah mendengar semua yang aku ceritakan.
"Sihir pengontrol", lanjut Venus lalu melirikku.
"Kalau korban ditepuk bahunya, maka dia akan mengikuti apa pun yang dilakukan oleh pengontrol atau menuruti apa pun yang pengontrol itu suruh"
"Si-sihir?", ucapku tak yakin. Venus mengangguk mengiyakan ucapanku. Ini tak mungkin, tidak ada sihir di dunia ini. Tapi, aku merasa aneh. Kenapa Venus tahu jika itu adalah sihir?
"Tapi kamu tahu dari mana jika itu sihir pengontrol?", tanyaku heran. Pupil matanya membulat, dia hanya terdiam.
"Venus?", panggilku.
"A-aku di taman?", aku langsung melirik Eddelwiss yang ternyata sudah sadarkan diri.
"Kamu tidak apa-apa?", tanyaku.
Eddelwiss melirikku lalu melepas tangannya dariku. Aku tak sadar jika tanganku langsung memegang tangannya. "Kenapa kamu ada lagi di hadapanku?", tanyanya.
"Akulah yang tadi menyelamatkanmu dari Putra, aku sengaja menggunakan topeng agar kamu tidak menolak pertolonganku", jawabku.
"Aku tahu kamu masih marah dengan pertikaian kita sebelumnya, tapi jujur saja, aku tidak berniat untuk berkata seperti itu", lanjutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...