Sang Ratu datang menghampiri Eddelwiss, Venus, dan Cristal yang tengah berdiam diri. Sang Ratu pun duduk di antara mereka bertiga.
"Venus, Eddelwiss, sebaiknya kalian pulanglah terlebih dulu", suruh sang Ratu sambil tersenyum.
"Ayah akan sangat khawatir jika kamu tidak pulang sekarang Venus", ucap sang Ratu lalu mengusap pelan pipi anaknya.
Sang Ratu pun melirik ke arah Eddelwiss. "Kamu juga, pulanglah dan temui Kakakmu. Dia pasti sudah menunggumu sekarang", ucapnya.
Venus dan Eddelwiss saling melirik. Mereka berdua menganggukkan kepalanya secara bersamaan. Venus dan Eddelwiss kembali menatap sang Ratu. "Baiklah, aku dan Eddelwiss akan pulang. Tapi nanti kami akan kembali lagi ke mari untuk membantu", ucap Venus.
Sang Ratu menganggukkan kepalanya perlahan pertanda setuju. "Izinlah dahulu, jika dia mengizinkan, kembalilah secepatnya. Kita akan merancang strategi ulang sebelum mereka menyerang kita lagi", ucap sang Ratu.
---
Venus dan Eddelwiss berjalan masuk ke dalam rumah. Mereka berdua terkejut ketika melihat orang yang disayanginya telah menunggu. Aril beranjak berdiri dari sofa lalu menghampiri Eddelwiss.
Tangannya terentang lalu memeluknya. Eddelwiss tersenyum kecil lalu membalas pelukan Kakaknya. Begitu pun dengan Ayah Venus, dirinya menghampiri Venus lalu memeluknya.
Mereka bersama-sama melepas pelukan lalu berbicara apa yang menahan mereka untuk tidak pulang semalam.
---
-Eddelwiss POV-
Kasur yang empuk kembali aku rasakan setelah mengalami peperangan tadi pagi. Langit atap yang melindungiku bisa aku tatapi lagi sekarang. Waktu terasa berlalu dengan cepat dan aku tak menyangka sudah sejauh ini aku menerima takdirku.
Kak Aril yang tengah tertidur pulas di sampingku dengan tangannya yang memeluk guling, membuatku berpikir kembali untuk turun ke medan perang. Aku tidak bisa meninggalkan Kak Aril jika tujuanku untuk berperang.
Seandainya jika aku tidak kembali lagi, lalu siapa yang akan menemani Kakakku?
Tapi, aku juga tidak bisa diam saja ketika kaumku berperang melawan musuh. Aku sudah menjadi salah satu dari mereka, aku tidak mungkin bisa setega itu untuk tidak membantu mereka.
Dan, apa Kak Aril akan mengizinkanku untuk pergi berperang?
Tadi siang aku sudah melihat reaksinya ketika aku terlibat perang tadi pagi. Dia sungguh beruntung ketika aku masih selamat. Dia pasti tidak akan mengizinkanku untuk pergi ke sana.
Walaupun begitu, aku akan berusaha untuk mendapatkan izin dari Kakak. Huft, sebaiknya aku mandi dulu. Matahari akan segera tenggelam dan malam akan datang menjelang.
---
-Venus POV-
"Ayah", panggil Venus memulai pembicaraan.
Ayahku berdehem merespon panggilanku. Aku takut untuk mengatakannya. Tapi, aku harus mengatakannya sekarang juga.
"Aku ingin membantu Ibu jika ada peperangan, apa Ayah akan mengizinkanku?", tanyaku.
Ayahku kini menatap diriku yang tengah duduk di sisinya. Dia tersenyum kecil lalu mengusak rambutku dengan perlahan. "Ayah ingin tidak mengizinkanmu, tapi jika Ayah melakukannya, Ayah tahu kamu akan tetap nekat untuk melanggarnya", jawabnya.
Aku menghela nafasku dengan perlahan. "Jadi, Ayah akan mengizinkanku atau tidak?", tanyaku lagi.
"Seingatku, Ibumu ingin kamu tumbuh menjadi Ksatria. Maka dari itu aku akan mengizinkanmu", jawabnya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...