"Ayo kita kembali ke kastil untuk beristirahat. Besok kamu harus berlatih lagi", ajak sang Ratu.
Aku mengangguk lalu mengikuti Ratu yang sudah terlebih dulu berenang ke dalam air. Air di kala malam sangat dingin, aku teringat pelukan Kakak ketika aku sakit. Pelukan hangatnya, aku ingin merasakannya lagi.
Tiba-tiba sang Ratu memberhentikanku dengan rentangan tangannya. "Ada apa Ratu?", tanyaku.
Sang Ratu tak menggubrisku. Dia tetap fokus melihat ke arah kastilnya. Aku pun mencoba melihat ke sana, aku lihat ada sebuah kepulan asap yang sangat besar.
Apa perang tengah terjadi di sana?
Sang Ratu segera menggerakkan ekornya menuju kastil. Aku spontan mengikutinya dengan rasa panik. "Ratu, apa ada yang kamu khawatirkan?", tanyaku.
"Cepat, kita harus kembali ke kastil", jawabnya.
Aku dan sang Ratu berenang melaju menuju kastil. Semakin dekat, aku mulai melihat kerumunan orang tengah berperang. Kedua mataku membulat terkejut.
"Ratu, kembalilah ke dalam kastil. Aku akan turun berperang", ucapku.
"Tidak, aku juga akan turun ke medan perang", ucapnya.
"Tapi Ratu-"
"Siapkan perisai dan pedangmu prajurit. Kita akan merebut kemenangan dari tangan mereka"
---
"Eddelwiss", panggil Cristal sambil memegang pergelangan tanganku. Aku meliriknya yang sepertinya tengah khawatir denganku.
"Apa kamu akan turun melawan mereka?", tanyanya.
Aku tersenyum lalu menurunkan tangannya. "Aku akan mengalahkan mereka, tenang saja", jawabku.
Aku segera mengambil pedang dan perisaiku. "Aku akan kembali, jangan khawatir", ucapku. Cristal menganggukkan kepalanya. Aku tersenyum lalu berenang menuju medan perang.
---
-Author POV-
Tangan Eddelwiss tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Eddelwiss pun terduduk di sebalik batu besar. Eddelwiss melirik siapa yang menariknya tadi. "Venus?", panggilnya.
"Apa kamu siap?", tanya Venus.
Eddelwiss tertawa kecil lalu menyunggingkan senyumnya. "Bagiku tidak ada kata siap atau tidak siap. Yang ada adalah hadang mereka", jawab Eddelwiss.
Kedua mata Eddelwiss memicing tajam. Pedang dan perisainya dia pegang kuat-kuat. Dia bangun dari duduknya lalu berenang ke medan perang, menghadang setiap musuh yang ada di depan matanya.
Venus terdiam sejenak saat melihat Eddelwiss tengah bersusah payah menahan pergerakan lawan, agar tidak kembali membuat wilayah sang Ratu porak poranda seperti lusa lalu.
Satu luka mendarat di pipi Eddelwiss. Membuat goresan kecil di sana. Eddelwiss melirik ke arah Venus yang masih terdiam di sebalik batu. Venus menyadari tatapan Eddelwiss dan Venus melihat pihak lawan akan menyerang Eddelwiss.
"EDDELWISS!", teriak Venus.
Eddelwiss segera melirik ke arah depan dan mendapati lawannya yang melayangkan pedang ke arahnya. Dengan cepat, Eddelwiss menghadang pedang itu dengan perisainya.
"Ah, kenapa aku terdiam di sini?", batin Venus.
"Aku seharusnya membantu mereka menghadang musuh, bukan berdiam diri di sini", batinnya lagi.
"Aku tahu kenapa aku terdiam, sepertinya aku teringat janjiku dengan Ayah", Venus menghela nafasnya dengan berat.
"Apa pun yang terjadi, aku akan kembali pulang", Venus pun mengangkat pedang dan perisainya lalu turun ke medan perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...