Mermaid.28

107 14 0
                                    

Venus mengantarku sampai ke rumah. Aku berterima kasih padanya sambil tersenyum kecut. Tangannya menepuk bahuku beberapa kali. "Biar aku yang simpan ya, aku takut ilusi mimpi itu mengganggumu lagi", aku mengangguk mengiyakannya.

Venus melambaikan tangannya lalu berbalik pergi. Aku berbalik lalu membuka pintu dan masuk ke rumah. Ah, aku perlu menenangkan diri. Terlepas dari ilusi mengerikan itu membuat tenagaku terkuras karena ketakutan.

Sepertinya Kak Aril belum pulang, apalagi kalau tugasnya banyak. Pasti Kak Aril akan pulang larut malam. Ya, itu lebih baik. Karena aku akan punya waktu lebih banyak untuk berenang jika Kak Aril tidak ada.

Aku akan lebih bebas berenang kapan saja jika tidak ada siapa-siapa. Aku pun membuka sepatuku lalu menyimpannya di rak sepatu. Aku langsung berjalan menuju sofa lalu menaruh tasku di atasnya.

Aku langsung berlari ke luar dan menceburkan diriku ke dalam kolam renang. Percikan air yang melayang kembali menyatu dengan air yang ada di bawahnya.

Aku beranjak ke permukaan dan tertawa kecil. Aku menghela nafasku lalu menyadari bahwa sangat membosankan jika aku hanya sendirian.

"Lebih baik aku mengunjungi Cristal", monologku.

---

"Cristal", panggilku sambil mengetuk pintu rumahnya. Nampaknya dia tidak ada di rumah. Tapi, perasaanku tidak enak. Biasanya Cristal selalu ada di rumah.

Mungkin saja dia tengah pergi menemui Ratu. Ah, tapi kenapa semua sangkaanku tidak membuatku tenang?

Apa terjadi sesuatu dengan Cristal?

Aku teringat kalung milik Cristal yang ada di kotak itu. Apa itu petunjuk kalau Cristal sudah ada di tangan penyihir itu?

Ditambah lagi surat yang membuatku mengalami ilusi mimpi, itu memperkuat perasaanku yang campur aduk tak karuan.

Aku melirik sekitarku dan melihat sebuah kotak yang ada di tepi air terjun. Aku berjalan menghampirinya dan mengambil kotak tersebut. Aku membukanya dan melihat ada sepucuk surat yang tergulung.

"Kapan kamu akan datang menyelamatkanku?"

"Kenapa kamu tidak kunjung datang untukku?"

"Kenapa kamu membiarkanku tertangkap?"

"Bukankah kamu berjanji untuk mencegah semua ini terjadi padaku?"

"Kenapa kamu melanggar janjimu?"

"Surat ini lagi", batinku.

Tanganku gemetar setelah membaca surat ini. Aku merasa menyesal setelah membacanya. Kepalaku lagi-lagi terasa sakit. Aku hanya bisa bersimpuh sambil memegang kepalaku.

Bayangan hitam itu menghantui pikiranku. Teriakan dan lirihnya terngiang-ngiang. Membuatku merasa terganggu dan merasa bersalah.

"Eddelwiss, tolong aku"

"Aku tidak mau dijadikan tumbal"

"SELAMATKAN AKU!"

Aku berteriak sekencang mungkin. Meluapkan semuanya yang ada di dalam diriku. Kedua mataku kini terasa panas. Dan akhirnya tetes air mata keluar dari kelopak mataku. Mengalir deras membasahi pipi.

Desiran angin menerpaku dengan kencang. Membuatku merasakan dingin yang sangat menusuk di bagian punggung. Aku sengaja melirik ke belakangku. Tapi, kesengajaan ini sepertinya akan kusesali seumur hidupku.

Bayangan hitam itu kini ada di hadapanku. Di depan mataku, dia terdiam menatapku. Tangannya memperlihatkan jari-jemarinya yang panjang dengan kukunya yang runcing.

I AM MERMAID [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang