Bel pulang sudah berbunyi. Aku merasa senang tentunya. Untung saja hari ini beberapa pelajaran tidak masuk karena rapat guru. Aku menggendong tasku dan berjalan keluar dari kelas.
Aku melewati lapangan, di mana di sana ada Jack dan Venus yang tengah berlatih bermain basket. Jack yang tak sengaja melirikku segera melambaikan tangannya padaku. Aku melambaikan tanganku sebagai balasan.
Jack kembali ke permainannya dan Jack melompat setinggi mungkin. Lalu bola itu masuk ke dalam ring basket. Jack mengepalkan tangannya, dia terlihat senang. Dia langsung mengepalkan tangannya pada Venus lalu saling mengadu bahu mereka berdua.
---
"Aku pulang", ucapku. Aku masuk ke dalam rumah lalu menutup pintunya. Menaruh sepatuku di rak yang ada di dekat pintu. Menaruh tasku di sofa. Aku pun langsung berlari ke taman belakang. Menceburkan kakiku ke kolam renang.
Menikmati angin sepoi-sepoi yang mengelus pipiku perlahan. Rambutku yang terurai terombang-ambing terbang. Kakiku yang sudah menjadi ekor membuatku ingin berenang.
Ah, tapi tidak untuk hari ini. Aku mengangkat kakiku lalu mengubahnya menjadi kaki manusia. Aku beranjak berdiri dan pergi meninggalkan taman belakang untuk ke kamar.
Aku mengambil tas yang tergeletak di sofa dan menaikki anak tangga. Aku memegang gagang pintu dan membukanya. Aku masuk ke dalam lalu menaruh tas sekolahku.
Aku mengganti bajuku. Setelah itu, aku duduk termenung di meja belajarku. Melirik ikan merahku yang tengah terkapar di dasar toples. Aku mengetuk toplesnya beberapa kali.
"Ikan? Kamu kenapa?", tanyaku.
"Aduh, aku lagi tidur", jawabnya.
Aku membelalakkan mataku sekejap. "Eh, ternyata ikan tidur juga ya?", tanyaku heran sambil menatapnya.
"Iyalah, masa berenang terus. Ekorku 'kan capek meliuk-liuk terus", jawabnya lagi.
Aku pun tertawa menanggapi jawaban si ikan. "Oh iya, namamu siapa?", tanyaku.
"Namaku Red. Ya, itu namaku", jawabnya.
Aku tersenyum ketika mendengar namanya. "Wah, nama yang bagus", komentarku.
Entah kenapa, senyuman yang ada di wajahku berubah karena moodku. Karena moodku kacau hari ini, jadi senyumanku kini terbalik. Aku menatap sendu apa yang ada di depanku. Mengingat perlakuan Putra yang akan membuatku ketahuan akan identitas baruku.
"Apa ini ketakutan yang dialami semua duyung?", batinku.
Red atau si ikan merah mungil itu menatapku. "Wissa, kamu kenapa?", tanya Red.
Aku menatap kembali Red. "Aku hanya sedang memikirkan ketakutanku", jawabku. Aku melipat kedua tanganku lalu kepalaku bersandar di kedua tanganku yang terlipat.
"Hm? Ketakutan? Aku kira kamu putri duyung yang tidak takut apa pun", ucapnya. Air mataku mulai tertampung di pelupuk mataku. Aku menceritakan apa yang aku alami di sekolah. Dan aku juga menceritakan siapa Putra itu.
"Nasibmu malang sekali. Aku turut prihatin denganmu", ucap Red setelah mendengar ceritaku. Air mata berjatuhan mengalir tidak berhenti bagai air terjun.
Aku mengusap air mataku sampai punggung tanganku basah karenanya. "Tidak apa, aku rasa menjadi 'duyung' itu adalah takdir hidupku"
"Maksudmu?", tanya Red bingung.
Aku tersenyum kecil. "Akan aku ceritakan bagaimana aku menjadi putri duyung", jawabku.
Setelah aku menceritakan kenapa aku bisa menjadi putri duyung, Red tertidur pulas di dasar toples. Aku terkekeh ketika melihatnya tertidur. Aku rasanya mengantuk juga, aku akan tidur saja di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...