Venus menyerang dan bertahan dengan senjatanya. Venus bersama para prajurit dari pasukan Arius mencoba untuk menghabisi mereka lagi.
Kedua matanya tak sengaja melirik Arius yang berada di sampingnya. Mungkinkah Arius tahu tentang apa yang terjadi dengan Eddelwiss?
"ARIUS!", teriak Venus. Arius melirik sekejap lalu kembali fokus untuk menangkis pancaran sihir yang hampir menyerangnya.
"KEDUA MATA EDDELWISS MERAMBAT!", atensi Arius pecah lalu pedang lawan menancap tepat di dada kirinya. Arius yang lengah pun terjatuh dan terbaring di atas pasir.
"Guru-ku kem-bali?", tanya Arius.
Venus membulatkan matanya, guru dari Arius?
Venus yang tak fokus pun tak bisa mengelak dari pancaran sihir yang menghampirinya. Kini, dia pun jatuh dekat dengan Arius.
"Gu-ruku, Ksatria Samudra, dia yang sudah membuatku men-jadi Ksatria Pedang seper-ti sekarang", lanjut Arius terbata-bata.
"Dia pernah ber-janji, jika kastil tidak aman karena peperangan, dia a-kan memilih salah sa-tu dari kita untuk menjadi tempat sementara jiwanya agar di-a bisa membantu walau bukan dengan wu-jud aslinya"
"Eddel-wiss, di-a yang terpilih", ucap Arius.
---
Kalung milik Cristal berkelap-kelip bak bintang. Cristal yang tengah resah semakin menjadi-jadi dengan firasat buruknya. Apa Eddelwiss baik-baik saja?
Cristal melihat dengan seksama kalungnya yang sedari tadi berkelap-kelip. Dirinya terkejut karena kristal yang berada di kalungnya hilang sebagian. Apa sebagian kristal itu masih ada di Eddelwiss?
Di sisi lain, Eddelwiss terus menghindar dari serangan Putra dengan perisainya. Tangan kanannya setia menahan cucuran darah yang keluar dari perutnya.
Eddelwiss terbatuk berkali-kali, hingga batuknya kini mengeluarkan darah dari sisi bibirnya yang pucat. Nafas Eddelwiss tersengal-sengal, dirinya tak kuat lagi untuk menahan serangan Putra.
Dirinya terjatuh terkapar di atas pasir. Putra tertawa melihat Eddelwiss yang sudah tak berdaya karenanya. "Aku musuhmu, aku penderitaanmu, aku akan mengakhiri hidupmu dan menghantui kehidupan barumu suatu saat nanti", ucap Putra.
Tangan kanan Putra mengelus perlahan pedangnya. Bayangan sihir mulai keluar dan menyelimuti pedang itu. Eddelwiss berusaha untuk mengangkat perisainya. Tapi, rasanya tangannya mati rasa. Dia tak bisa menggerakkannya sama sekali. Perisai itu rasanya sangat berat ketika dia ingin mengangkatnya.
Cristal yang melihat Eddelwiss dengan samar-samar pun langsung bergegas untuk menghampirinya. Cristal terkejut dengan bayangan sihir yang berwarna ungu dan hitam yang menyelimuti pedang musuh.
"Itu sihir kematian!", batinnya. Tangannya menarik kalung yang berada di lehernya. Dia menggenggamnya dengan erat sambil membacakan sebuat mantra.
Sementara, Putra sudah membuat pedang itu terselimuti sihir. "Aku, akan, membuatmu, mati", ucapnya penuh penekanan. Dia tertawa lalu menghujamnya ke dada Eddelwiss.
Eddelwiss menutup matanya dengan rapat. Tapi, dia tak merasakan dadanya yang tertusuk. Apa yang terjadi?
Dia membuka matanya dan melihat Cristal yang sudah memegang tangannya lalu tangan lainnya membuat sihir pelindung di antara mereka berdua. Putra terpental jauh karena sihir pelindung Cristal.
"Cris-tal, a-apa yang kamu laku-kan di sini?", tanya Eddelwiss sambil mengeratkan genggaman tangannya.
"Aku di sini karenamu bodoh!", jawab Cristal marah. Eddelwiss yang tak paham hanya tertawa ketika Cristal memarahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM MERMAID [END]
FantasyApa yang terbesit di pikiranmu ketika mendengar Putri Duyung? Sebagian pasti mengira kalau putri duyung itu hanyalah sebuah mitos belaka atau misteri yang masih belum terpecahkan, karena manusia baru mencapai beberapa persen dalam menjelajahi lautan...