19. Perjalanan Menuju Elfados (Part 1)

16 4 0
                                    

Haloooo selamat datang... selamat membaca~~~ <3

-

-

Jun berlari sekencang mungkin menuju kamar tempat teman-temannya tidur. Ia mengingat ucapan Kapten Lenon yang membuatnya berpikir harus segera kabur untuk kesekian kalinya. Masa bodoh dengan jabatannya, ia tidak ingin menyakiti orang lain lagi.

Begitu sampai pada pintu ruangan tersebut, ia langsung membukanya tanpa perlu mengetuk terlebih dulu. Semua orang di ruangan itu menatapnya heran dengan posisi setengah terbangun dari tidurnya. Neil mengumpat. Sesaat kemudian ia tersadar bahwa tidak seharusnya ia mengumpat pada Jun. Neil menghela napas.

"Apa? Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba masuk seperti itu??"

Flogi mengucek-ucek matanya. Kesadarannya masih jauh dari kata lengkap. Terlihat dari caranya memperhatikan Jun dengan mata setengah tertutup. Jika saja tidak sedang dalam keadaan genting, ia pasti akan menertawai gadis itu.

Jun masuk ke dalam ruangan itu lalu menutup pintunya setelah sebelumnya melihat kondisi lorong. Ia menghampiri ketiga temannya dan memperhatikan mereka dengan serius. "Kita harus segera pergi."

Neil menatapnya tidak percaya. "Semalam ini? Kenapa tidak menunggu besok saja? Ah... aku benar-benar ingin tidur..."

"Tidak bisa. Kita harus melakukannya malam ini. Aku akan mengantar kalian ke pelabuhan dan mencarikan perahu yang bisa kalian gunakan ke sana." Jun menatap ketiganya serius. "Hanya ini yang bisa kulakukan. Jadi, cepat!" Jun menarik selimut yang membungkus ketiga tubuh temannya itu. Ya, mereka bertiga tidur bersama dalam satu ranjang berukuran besar. Tentu saja dengan posisi Neil yang berada di tengah untuk memisahkan Flogi dan Eren yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah.

Berkat sentakan Jun yang sama sekali tidak pelan itu, mereka bertiga bangun. Memaksa kesadaran mereka kembali, meski pada dasarnya kesadaran itu masih ingin berkelana di dunia mimpi masing-masing. Tetapi apa boleh buat? Sang pangeran merusak rencana mereka.

***

Mereka bertiga berjalan tanpa suara mengikuti Jun. Laki-laki itu menggunakan baju serba hitam dan topeng mengerikan itu lagi. Eren baru menyadari kalau sepertinya itu merupakan kostum Jun saat kabur. Mungkin laki-laki itu mengira dengan begitu ia akan sulit dilihat. Kalaupun terlihat, orang akan berpikir Jun merupakan sosok hantu, bukan manusia. Tentu semua itu berkat bentuk topeng mengerikan yang sekarang menempel di wajah Jun.

Dibanding dengan Jun yang memilih menggunakan kostum serba hitamnya dari atas sampai bawah, Eren, Neil, dan Flogi hanya menggunakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuh mereka hingga mata kaki. Mereka cukup bersyukur dengan pilihan kostum ini dan lebih bersyukur lagi karena Jun tidak memaksa mereka menggunakan kostum yang sama dengan dirinya. Bayangkan saja jika ada empat orang berpakaian serba hitam dengan topeng mengerikan di setiap wajah keempatnya. Itu benar-benar akan menjadi bencana bagi yang melihat. Mungkin orang yang melihat penampakan itu akan langsung menghentikan detak jantungnya karena terkejut. Lebih dari yang Eren dan Selyn alami ketika pertama kali melihat Jun dalam kostum itu di lab kimia lama beberapa hari yang lalu. Ah, Selyn... Bagaimana kabar anak itu sekarang?

Neil memperhatikan Jun dengan sangat intens. Ia bisa melihat mata laki-laki itu yang menyala merah di antara topeng yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Neil menyeringai. Ia benar-benar merasa kalau laki-laki di depannya ini sangat keren.

Sebuah jalan setapak segera terlihat begitu Jun membuat mereka harus merangkak demi melewati jalan – lubang – berdiameter setengah meter di dinding yang tertutupi rerumputan tinggi. Neil berani bertaruh kalau siapa pun di istana tidak akan menyadari adanya lubang ini jika tidak ada yang memberitahu salah satu di antara mereka. Ia sempat ingin bertanya dari mana Jun tahu ada jalan keluar seperti ini, sebelum ia mengurungkan niatnya setelah menyadari sosok Jun yang sebenarnya.

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang