10. Pelarian Neil (Part 2)

119 16 0
                                    

Keempat orang itu saling berhadapan. Masing-masing dari mereka memperhatikan satu sama lain. Mereka adalah Ketua Smith, Kapten Lenon, Jun, dan Flogi – yang masih harus menggunakan tongkat untuk bisa berdiri dan berjalan.

Jun diam-diam memerhatikan Flogi yang menatap Kapten Lenon seakan ingin memakannya. Begitu pula Kapten Lenon yang menatap Flogi seperti ingin menelannya hidup-hidup. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua? Mengapa mereka bertingkah seakan mereka sudah saling mengenal sebelumnya?

Berbalikan dengan kedua orang tadi, Ketua Smith justru bersikap tenang-tenang saja. Pada dasarnya ia mungkin satu-satunya di antara mereka yang tidak paham dengan apa yang sedang terjadi pada atmosfer yang sejak tadi membumbung di tempat itu. Jun berdecak melihat tingkah Ketua Smith yang masih saja sempat menyungkit kotoran telinganya.

"Jadi, apa kita hanya akan diam seperti ini sampai malam?" Tiba-tiba Ketua Smith memecah udara dengan suaranya yang berat. Suara yang menggambarkan tipe orang pengisap cerutu.

Jun mendesah sebal sambil menatap Ketua Smith. Tatapannya seakan mengatakan, "sebaiknya kau berhenti bicara atau kau akan mati." Tapi sayangnya, Ketua Smith sama sekali tidak menangkap maksud tatapan Jun sampai akhirnya Kapten Lenon bersuara untuk pertama kalinya.

"Yang..." Ia berhenti sejenak setelah melihat ekspresi Jun. "Ceritakan apa yang tadi ingin kau katakan." Lanjutnya.

"Siapa? Aku?" Jun bertanya-tanya sambil mengarahkan telunjuknya pada dirinya sendiri. Pertanyaan itu tampaknya sama sekali tak memerlukan jawaban secara lisan, karena hanya dengan melihat tatapan ketiga orang di depannya ini saja ia sudah mengerti. Pada akhirnya ia hanya bisa meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"E... itu... tentang monster itu... sebenarnya... e..."

"Kami yang membuatnya." Flogi segera menyelesaikan kalimat Jun yang tergagap. Perkataannya itu otomatis membuat ketiga orang yang lain memerhatikan dirinya. Tapi seperti biasa, Flogi sama sekali tidak punya ekspresi di wajahnya.

"T-tunggu dulu. Apa tadi kau bilang bahwa kau dan teman-temanmulah yang menciptakan monster-monster itu?" Ketua Smith terperangah. Ia masih belum bisa memercayai apa yang baru saja didengarnya dari mulut gadis itu.

"Monster-monster? Apa maksud perkataanmu itu?" Flogi terdiam sejenak. "Jun, waktu itu kau juga menanyakan hal yang sama pada kami saat ada di gua. Apa maksudnya..."

Jun mengangguk. Flogi tampak terkejut, terlihat jelas dari matanya yang membesar.

"Waktu itu aku bertanya apakah kalian hanya membuat satu, kan? Itu benar. Monster yang aku maksud bukan hanya tikus percobaan kalian. Ada yang lain."

Flogi menghela napas. Ia benar-benar sangat terkejut.

"Dari perkataanmu tadi, tampaknya kau sama sekali tidak tahu tentang ini. Bisa kusimpulkan kalian hanya murid-murid iseng yang penasaran dengan sesuatu." Kapten Lenon menatap Flogi tajam. "Sesuatu yang membuat nyawa kalian dan banyak orang jadi terancam." Ia menekankan kata 'terancam' dengan sangat jelas.

Flogi membalas tatapan Kapten Lenon dengan tajam, tanpa ekspresi apa pun. "Kami hanya mengikuti apa yang ada di buku. Lagipula, apa menurut kalian masuk akal jika anak SMU seperti kami membuat begitu banyak monster dalam beberapa hari?" Flogi mendengus. "Membuat satu saja sudah 'membunuh' kami." Lanjutnya dengan sinis.

Jun terperangah. Ia memang belum lama mengenal Flogi, tapi ia tahu, Flogi bukan tipe orang yang suka bicara banyak seperti sekarang ini. Kalaupun Flogi harus bicara banyak, pasti karena ada sesuatu yang harus diluruskan. Entah mengapa, memikirkan fakta itu membuatnya tersenyum.

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang