Eren dan Selyn terus berlari menuju selatan. Mereka terus berlari tanpa henti sampai akhirnya sebelah kaki Selyn menginjak lumpur. Eren yang mengetahui itu segera menarik kaki Selyn keluar.
"Apa ini lumpur hisapnya?" Selyn bertanya dengan tatapan horror.
"Aku rasa begitu." Jawab Eren sambil melemparkan sebuah ranting yang perlahan tenggelam sejak baru menyentuh lumpur itu.
"HOAARRRGGGGHHHHMMMM...!!!"
Eren dan Selyn saling bertatapan. Lalu detik berikutnya mereka sudah berdiri dan kembali berlari. Mencoba memancing monster buatan itu.
Di saat yang sama, Flogi juga berlari sekuat tenaganya. Ia yang selama ini selalu berdiam diri di mana pun ia berada, kini justru harus berlari seakan ini adalah hari terakhirnya. Bahkan meski ia terus saja terpeleset dan jatuh, ia tetap bangkit dan berlari lagi.
"Aaaahhhhhh!!!"
Suara jeritan yang menakutkan itu seketika menghentikan langkah Flogi. Ia berputar, mencari asal suara itu. Lalu ketika ia sudah menemukan arahnya, ia kembali berlari sekuat tenaga. Ia takut. Ia takut dengan apa yang akan ia hadapi nantinya. Eren dan Selyn. Apa mereka akan baik-baik saja?
"HOAARRRGGGGHHHHMMMM...!!!"
"Aaaaaaaaaaahhhh"
"Eren!!! Selyn!!!" Tubuh Flogi bergetar hebat. Ia benar-benar tidak bisa melihat apa yang ada di depannya. Di depannya, Eren tergeletak tak sadarkan diri. Tubuhnya penuh dengan luka dan darah. Begitu juga dengan Selyn yang saat ini berada dalam genggaman monster itu.
"Flogi!" Jeritan Selyn menyadarkan Flogi. Ternyata Selyn masih sadarkan diri.
Flogi menghela napas. Merasa lega dengan keadaan Selyn. Ia menatap botol kaca yang ada di tangannya, lalu menatap monster itu dan berlari ke arahnya sambil menghunuskan pisau yang ia bawa dari lab. Flogi berlari di antara kaki monster itu dan melukai kaki monster itu dengan pisaunya.
"HOOAAARRRRRRRGGGGGGGGHHHHHHHMMMMMMMM...!!!"
Monster itu berteriak kesakitan. Ia merusak segala yang ada di depannya. Monster itu bahkan melemparkan tubuh Selyn begitu saja.
"Selyn!!!" Tanpa sadar, Flogi berteriak histeris. Ia menjambak bulu pada kaki monster itu dan menaikinya. Monster itu menggeliat-geliatkan tubuhnya dan merusak apa pun yang ada di sekitarnya.
Flogi menaiki tubuh monster itu dengan cepat. Lalu begitu ia sudah sampai di leher monster itu, Flogi menancapkan botol kaca itu pada leher sang monster.
"Matilah kau!!!"
"HOOAAARRRRRRRGGGGGGGGHHHHHHHMMMMMMMM...!!!" Monster itu berteriak-teriak. Ia bergerak ke sana ke mari tak beraturan. Flogi yang masih berada di atas tubuhnya pun langsung ia lempar begitu saja. Monster itu terus bergerak dan bergerak. Lalu tiba-tiba tubuhnya semakin menyusut dan menyusut sampai akhirnya benar-benar musnah. Meninggalkan ketiga remaja yang tak sadarkan diri dengan darah di sekujur tubuh mereka.
***
Buram. Senyap. Rasanya begitu menyakitkan. Tubuhnya serasa melayang di udara. Suara-suara kehidupan tiba-tiba menyepi dan menjauh. Semakin lama, ia tak bisa mendengar apapun, hanya ada kebisuan dalam ruang hampa.
"Flogi, jadi anak yang baik ya..." Sebuah senyum dari bibir tipis kemerahan itu tiba-tiba merayap dalam pandangannya.
"Flogi, kami selalu bangga padamu." Kali ini sebuah tangan kekar seperti menyentuh bahu mungilnya.
"Dasar kau tidak tahu diuntung!" Tiba-tiba sebuah tangan menampar dirinya.
"Pergilah. Pergi ke tempat orang tuamu berada. Kau mengganggu kehidupanku." Lalu, senyum licik dari bibir kecil seorang bocah berambut pirang menjamah ketakutan dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemist Accident (TAMAT)
Fantasy"Hoaaammmm..." Terdengar sebuah suara yang mengagetkan mereka. Mata mereka terus menatap ke dalam gua. Sebuah bayangan berjalan mendekat ke arah mereka. Debaran jantung mereka semakin mengencang. Rasanya seluruh dunia mendengar debaran jantung mere...