3. Janggal

220 26 4
                                    

Suara hewan malam mulai bersahutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara hewan malam mulai bersahutan. Memecah keheningan malam yang menggigit. Di kegelapan lorong jalanan Kota Kenhill, tampak seekor tikus hitam. Moncongnya bergerak-gerak, membaui segala sudut lorong sempit itu.

Secuil keju berhasil menarik perhatiannya. Tikus itu pun segera menuju ke sana dan memakan keju itu. Ia akan kenyang malam ini. Tapi...

Srrkk!!!

Tiba-tiba sebuah pintu dari kawat menghalangi jalannya. Ia terjebak!

"Aha... Kena kau, tikus kecil..." Seseorang muncul dari balik kegelapan. Sebuah senyum menghias wajah maskulinnya. Itu adalah Eren.

Eren segera mengambil jebakan tikusnya dengan gembira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eren segera mengambil jebakan tikusnya dengan gembira. "Selyn pasti akan menjerit begitu tahu aku berhasil menangkap ini," pikirnya. Dengan langkah ringan, ia membawa tikus itu pulang.

"Eren?" Sebuah suara menghentikan langkah kaki Eren. Ia berbalik, melihat pemilik suara yang baru saja memanggil namanya.

"Oh? Guru Hans? Sedang apa Guru malam-malam begini?"

Laki-laki jangkung yang dipanggil Guru Hans itu menghampiri Eren dengan senyumnya yang tampak aneh. "Bukankah seharusnya aku yang menanyakan itu? Apa yang sedang kau lakukan malam-malam begini, anak muda?"

"Ah itu... Aku baru menangkap ini." Eren menunjukkan hasil tangkapannya pada Guru Hans dengan canggung.

"Tikus? Untuk apa?"

"Kami akan melakukan percobaan dengan tikus ini."

"Percobaan, ya..." Guru Hans tampak seperti memikirkan sesuatu. "Siapa saja kelompokmu?" Lanjutnya.

"Flogi, Selyn, dan aku sendiri..." Eren tidak melanjutkan ucapannya begitu melihat tawa Guru Hans yang selalu membuatnya merinding. "Ada apa... Guru...?" Ia bertanya dengan ragu.

Mendadak, tawa Guru Hans berhenti, diganti dengan ekspresi seriusnya yang lebih menakutkan lagi bagi Eren. Guru Hans berjalan mendekati Eren. Ia menepuk bahu Eren, seperti mencoba menguatkan. "Berhati-hatilah, Nak." Ucapnya, lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Eren yang masih termenung.

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang