28. Pesan Elang

9 4 0
                                    

"Kau benar-benar tidak mau melepaskanku? Apa ini? Kau bahkan mengikat kedua tangan dan kakiku? Sudah berapa kali kubilang, aku tidak suka diikat seperti ini! Kau mendengarku? Lenon sialan!"

Omelan Jun kali ini benar-benar tidak diacuhkan Kapten Lenon. Ia tetap melanjutkan kegiatannya mengikat kaki Jun yang tersisa dengan rantai. Persis seperti yang mereka lakukan kepada Jun sebelas tahun lalu setelah perubahan pertamanya. Mereka selalu melakukannya setiap Jun baru selesai mengamuk dan membiarkannya terikat seperti itu selama beberapa hari sampai benar-benar telihat jika emosinya telah stabil.

Jun selalu menerimanya. Ia tahu mereka hanya berjaga-jaga agar tidak ada korban lagi. Hanya saja, setiap ia diikat, ia selalu merasa jika dirinya memang benar-benar seorang monster. Ia bahkan mempertanyakan jika masih ada esensi manusia dalam dirinya. Ia selalu haus akan amarah dan darah. Setiap ia menebas, maka ia akan semakin ingin melakukannya lagi dan itu sangat menyiksa sisi kemanusiaannya.

"AAAAAARRRRRGGGGHHHH!!!!" Jun berteriak sekuat tenaga sambil berusaha melepaskan dirinya. Ia sudah sedikit berubah, tapi tetap saja ia tidak bisa melepaskan dirinya. "AAAARRRGGHHH!!!" Semakin ia berusaha, Jun semakin merasa lemah. Ia menangis.

Kapten Lenon masih di sana, menjaga tuan mudanya yang sedang ingin mengamuk. Ia berdiri di samping jendela. Tatapannya terfokus pada langit biru yang tampak dari sana. Ia terus menatap langit sampai tiba-tiba sesuatu seperti mengarah padanya. Burung elang.

Pria itu mengulurkan tangannya, membiarkan burung besar itu hinggap di sana. Ia mengelus-ngelus kepala hewan itu sebelum mengambil gulungan kertas di kakinya. Ia menerbangkan kembali elang itu setelahnya.

Jun melihatnya. Mata merahnya menatap Kapten Lenon yang baru akan membuka gulungan itu.

"Pesan dari siapa?" Tanya Jun.

Kapten Lenon tidak menjawab. Ia lanjut membaca pesan itu. Ia tampak terkejut, cukup membuat Jun kalangkabut.

"Ada apa? Katakan padaku!"

"Teman-teman Yang Mulia yang ada di Kenhill... mereka menghilang."

***

Setelah mendengar semua cerita ayahnya tentang penangkapannya, juga tentang usahanya selama bertahun-tahun mencari obat untuk Jun, Flogi memeluk ayahnya. Ia sudah tahu beberapa cerita melalui Kapten Rexy saat di Elfados, tapi baru kali ini ia mendengar dari sisi ayahnya.

Begitu tahu jika pelaku sebenarnya yang membuat Jun menjadi monster adalah muridnya sendiri, Levine merasa bertanggung jawab atas kesalahan itu. Ia menghukum diri sendiri, juga menebus kesalahan itu dengan mencari cara mengembalikan Jun seperti semula. Bertahun-tahun ia melakukan penelitian di laboratorium yang khusus dibuat untuknya di Elfados. Selama itu pula ia selalu gagal. Yang ada, ia selalu mendengar berita tentang perubahan Jun yang semakin liar. Ia tetap melakukan percobaannya hingga akhirnya ia menemukan caranya. Levine berhasil menemukannya.

"Lalu... bagaimana dengan penjahat itu? Bukankah itu berarti dia dalang dari bangkitnya monster-monster itu? Kau gurunya, jadi kau pasti mengetahui di mana dia sekarang dan mengakhiri semua ini." Neil menginterupsi. Sejak tadi ia hanya mendengarkan sambil mencerna keadaan yang terjadi.

Levine menggeleng, "aku tidak tahu. Dia bisa ada di mana saja."

"Memangnya siapa orang itu? Kenapa dia membuat masalah sebesar ini?"

"Aku berpikir mungkin dia ingin membalas dendam. Dia berasal dari wilayah perang di daerah selatan. Kotanya hancur dan dia kehilangan keluarganya. Mungkin itu penyebabnya."

Flogi berpikir, seperti mengingat sesuatu. "Aku sepertinya mengenal orang itu..."

"Tentu saja kau mengenalnya. Dia paman Veer. Kau ingat? Dulu dia sering mampir ke rumah kita."

"Paman... Veer?" Flogi mengingat-ngingat.

"Hans Veer James. Kau dulu memanggilnya Paman Veej."

Neil terbelalak, seperti terkejut akan sesuatu. "Tunggu. Siapa tadi namanya?"

Levine tampak bingung melihat reaksi Neil. "Hans Veer James."

"Hans Veer James... Hans V. J." Neil bergumam. Ia kembali terlihat terkejut. Ia bangkit dari duduknya dengan buru-buru. "Flo, kita harus segera ke Kenhill!" Ujarnya serius.

"Kenapa?" Flogi bertanya-tanya.

"Jika dugaanku benar, maka Kenhill saat ini dalam bahaya."

"Apa maksudmu?"

Neil tampak tidak sabar. "Penjahat itu Guru Hans! Namanya Hans V. J. Dia menjadi guru sejak tiga tahun lalu. Apa menurutmu ini kebetulan?"

Flogi tampak memahami maksud Neil. Ia tampak terkejut. "Ayo." Ucapnya, lalu segera bangkit dan berlari membuka pintu.

Begitu membuka pintu, ia sudah berhadapan dengan Jun yang dengan wajah cemasnya tampak seperti akan mengetuk pintu. Kapten Lenon berdiri di belakang Jun. Memperhatikan semuanya.

"Eren dan Selyn..." Ucapan Jun belum selesai.

"Kita harus ke Kenhill." Flogi menatap Jun serius.

Jun menatap Flogi. Pancaran gadis itu terlihat berbeda dari sebelumnya. Ia terlihat lebih berani dengan tatapan tajamnya yang kini lebih tangguh. Jun mengangguk.

"Naiklah." Ucapnya sebelum mengubah diri menjadi beruang kutub besar sepenuhnya.

***

Tidak ada yang bisa benar-benar menyelami perasaan manusia. Mungkin detik ini kau bahagia, lalu detik berikutnya kau sedih, dan di detik berikutnya lagi kau jatuh cinta. Bisa jadi semua hanya ilusi perasaan yang kau buat karena butuh.

Itu hanya ilusi, tapi kau seringkali terjebak di dalamnya begitu lama. Sangat lama, hingga akhirnya kau menemui letak keraguan dari rasa itu.

Ketika kau tersenyum, apakah itu wujud bahagiamu? Atau justru hanya ilusi dari kesedihan yang membuncah terlalu lama?

~Idzanami19

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang