30. Pesta

21 4 0
                                    

Semua sudah berakhir. Dengan bantuan vaksin yang diciptakan Flogi dan Jun tempo hari ditambah hasil penelitian bertahun-tahun Levine, mereka berhasil melenyapkan sepenuhnya monster-monster di bawah Kota Kenhill.

Tidak ada yang benar-benar tahu jika malam itu Edelweiss hampir hancur. Raja Alberca sengaja menyembunyikan semua informasi terkait kejadian itu demi menghindari kepanikan dalam masyarakat. Itu adalah keputusan yang tepat mengingat buruknya kemungkinan yang akan terjadi jika monster-monster itu berhasil dibangkitkan kembali.

Flogi duduk di atas pembatas balkon kamarnya sambil menatap langit. Tiga hari lagi akan diadakan persidangan untuk Hans Veer James, sedangkan Jun dan Eren sampai sekarang masih belum siuman. Dua laki-laki itu sedang berada dalam tabung kaca di laboratorium istana, menunggu efek obat yang diciptakan Levine.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Selyn mendekati Flogi, lalu berdiri di samping gadis itu. Ia memperhatikan Flogi yang terlihat tertekan sejak malam itu. "Aku baru saja dari laboratorium," lanjutnya.

Flogi segera menoleh dan menatap Selyn. Tanpa bertanya pun Selyn bisa memahami maksud tatapan itu.

"Kau tenang saja. Mereka terlihat baik."

"Syukurlah."

Selyn tersenyum. Ia ikut memandang langit. Bulan tampak sedang bulat-bulatnya. Sepertinya bulan pun tahu cara menghibur orang. Sekarang ia bisa mengerti alasan Flogi memandangi langit sejak satu jam yang lalu.

"Aku senang kau baik-baik saja."

Selyn segera memandang Flogi. Gadis itu sedang tersenyum padanya. Sungguh menakjubkan karena baru kali ini ia melihat itu.

"Terima kasih," Selyn ikut tersenyum, "meski sebenarnya aku kesal tidak ikut dalam petualangan kalian."

Flogi tertawa kecil, "kau tidak akan mau ikut jika tahu semua yang kami alami."

"Kau benar," Selyn tertawa mengejek dirinya sendiri. "Aku pasti akan pingsan berkali-kali."

Mereka tertawa. Lebih tepatnya menertawakan semua hal yang telah terjadi. Tawa yang sengaja diperbesar demi menyembunyikan rasa khawatir yang sangat jelas.

***

Siang itu balai kota Edel terlihat sangat ramai. Penduduk kota berbondong-bondong ke sana untuk menyaksikan eksekusi seorang penjahat besar kerajaan, Hans Veer James. Meski tidak tahu dengan pasti kejahatan yang dilakukan pria itu, mereka tetap saja berkumpul di sana.

Di tengah balai kota sudah berdiri alat besar yang akan digunakan untuk eksekusi. Sebuah pisau raksasa yang akan jatuh mengiris apa saja yang ada di bawahnya. Pisau itu disangga dua tiang kayu besar dan leher orang yang akan dieksekusi akan berada di antara tiang itu. Ketua Smith berada di sana, memimpin jalannya penghukuman.

Semua mata segera memandang ke satu arah saat Veer dituntun paksa oleh prajurit Elf Squad menuju tengah balai kota. Veer terlihat lusuh. Matanya memandang ke sana ke mari seakan menghitung manusia yang akan menyaksikan akhir hidupnya.

Pandangannya berhenti begitu ia menemukan sosok yang membuatnya terkejut. Sosok itu, seseorang yang begitu ia rindukan. Orang yang membuatnya menjalani hidup untuk balas dendam. Seseorang yang ia kira telah mati. Kekasihnya.

Veer terus memandang wanita itu meski kini ia sudah dibaringkan di antara dua tiang penyangga. Wanita itu menutupi mulutnya dengan kedua tangan sambil menangis. Veer tersenyum.

"Setidaknya aku tahu kau masih hidup," ucapnya dalam hati.

Wanita itu masih menangis. Ia menggelengkan kepalanya melihat senyuman lelakinya yang sudah berada di ambang kematian.

"Veer... Veer..." Lirih wanita itu.

Veer masih tersenyum, "aku mencintaimu."

Srrkkk!!!

Wanita itu tercekat. Baru saja ia melihat kepala Veer terpisah dari tubuhnya. Ia terdiam menatap wajah Veer yang sudah tidak berekspresi.

"Aaarrrrggggghhhh!!!"

***

Istana malam itu sedang sangat sibuk. Tamu-tamu dari berbagai kalangan bergantian datang untuk menghadiri pesta penobatan Jun sebagai putra mahkota resmi Kerajaan Edelweiss. Mereka datang dari seluruh penjuru kerajaan demi mengucapkan selamat atas penobatan itu, termasuk Flogi dan ayahnya.

Keduanya datang bersama Neil dan Selyn yang juga diundang. Eren sendiri sudah tinggal di istana semenjak ia harus menjalani pemeriksaan yang sama dengan Jun. Neil segera berjalan menuju tempat kue-kue dihidangkan begitu sampai di aula. Selyn mengikuti, sedang Flogi masih berdiri di ambang pintu. Ia menoleh ke sana ke mari, mencari keberadaan Jun atau pun Eren. Pada akhirnya, ia berjalan menghampiri Neil dan Selyn saat tidak menemukan mereka.

Sudah satu bulan berlalu sejak Eren dan Jun keluar dari laboratorium, tapi mereka masih juga belum bisa ditemui. Itu sebabnya Flogi sangat berharap di pesta ini kedua orang itu muncul. Lagipula, bukankah ini pestanya Jun? Jadi, tidak ada alasan baginya untuk tidak datang, bukan?

"Yang Mulia Raja memasuki ruangan!"

Pengumuman itu cukup membuat seluruh perhatian para tamu beralih ke arah pintu masuk aula. Raja ditemani beberapa kesatrianya, termasuk Kapten Lenon, memasuki ruangan dengan gagah. Flogi terus memperhatikan hingga raja sampai di singgasananya. Ia menghela napas begitu tidak menemukan Jun berjalan di sana.

"Yang Mulia Pangeran Denise memasuki ruangan!"

Flogi segera memfokuskan perhatiannya pada pintu masuk, begitu pula Neil dan Selyn. Jun memasuki aula bersama Eren di belakangnya. Penampilan Jun tidak berbeda jauh dari saat terakhir mereka bertemu. Jun masih berambut putih dan tatapannya masih tajam. Pembedanya hanya ada pada tingginya yang tiba-tiba hampir menyamai Eren. Apa berada di dalam tabung membuat pertumbuhannya juga cepat? Padahal dulu ia hanya setinggi telinga Eren.

"Wah, apa Eren sekarang benar-benar resmi menjadi prajurit? Lihat lambang Elf Squad di seragamnya itu."

Terlalu fokus kepada Jun membuat Flogi hampir tidak menyadari jika Eren saat itu sudah berseragam Elf Squad. Laki-laki itu tampak gagah dengan seragam barunya. Flogi melirik Selyn. Perempuan itu terlihat jelas sangat menyukai penampilan baru Eren. Sepertinya taruhan Neil tentang kedua orang itu akan benar-benar terjadi. Neil bertaruh jika mereka berdua akan menjalin hubungan tidak lama lagi. Meski awalnya Flogi ragu, ia akan mulai mempercayai itu.

Neil mendekati Flogi, "Jun dan Eren masih belum benar-benar pulih," bisiknya.

Flogi kembali memperhatikan Jun dan Eren. Kedua orang itu sudah sampai singgasana. Jun berdiri di depan tempat duduknya, sedang Eren tetap di belakangnya sebagai pengawal.

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

"Perhatikan rambut mereka. Jun masih berambut putih dan rambut Eren seperti baru saja tersiram tinta hitam."

Cukup masuk akal. Tapi, bagaimana mereka masih belum kembali ke diri mereka semula? Apa yang sebenarnya terjadi dengan proses pengobatan mereka?

"Dengan ini, Pangeran Denise Junior Alberca ditetapkan sebagai putra mahkota sah Kerajaan Edelweiss."

Tepuk tangan meriah menggema seaula. Jun tersenyum sambil memperhatikan semua tamu yang hadir. Senyum tawar yang sama sekali tidak tulus. Mungkin ia lega karena sudah benar-benar dinobatkan, tapi siapa pun pasti tahu jika semuanya tidak akan mudah. Mulai hari ini, ia akan berperang dengan setiap orang yang melawannya.

Semoga ia masih cukup waras untuk tidak menjadi monster.

***

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang