22. Penjara Elfados

12 4 2
                                    

Lagi-lagi kosong. Tidak ada apa pun di dalam ruang penjara lainnya. Tidak ada siapa pun yang menjadi pesakitan terkurung. Neil menghela napas. Dugaannya sejak tadi semakin terasa benar setelah melihat seluruh sel yang kosong. Mereka benar-benar telah dijebak. Pada dasarnya, sang raja ingin mereka bertiga ditahan di tempat ini. Tapi, apa alasannya?

"Kita terlalu mengetahui banyak rahasia kerajaan ini." Ucap Eren, seakan menjawab pertanyaan yang baru saja terlintas di otaknya.

"Rahasia?"

"Neil, kau tidak menyadarinya? Jun. Dialah rahasia kerajaan ini. Apa sebelumnya kau pernah melihatnya menunjukkan diri di hadapan rakyat Edelweiss? Tidak, kan? Itu artinya, dia memang sengaja disembunyikan dari publik karena kondisinya."

"Aku rasa kau benar. Tapi, apa hanya karena itu mereka sengaja menggiring kita bertiga ke sini? Bagaimana dengan Selyn? Bukankah dia sebelumnya bersama kalian?"

Eren menggeleng. "Selyn tidak tahu apa pun tentang Jun karena dia dibawa ke Rumah Sakit Kenhill sebelum Jun memperlihatkan kekuatannya."

"Lalu kenapa???" Neil menendang batangan besi yang menjadi batas sel dengan kesal.

"Monster itu..." Eren dan Neil segera mengalihkan perhatiannya pada Flogi yang sejak tadi hanya diam. Flogi menatap keduanya dengan ekspresi datar seperti biasa, tapi kali ini keduanya bisa melihat kecemasan dalam mata biru itu. "Aku rasa itu salah satu dari rahasia yang kita ketahui. Selain itu, aku tidak tahu ini aneh atau tidak, tapi melarang rakyatnya sendiri keluar dari kota masing-masing kecuali yang sudah memiliki izin, bukankah itu aneh? Neil, kau ingat apa yang dikatakan Ketua Kei pada kita saat introgasi waktu itu?"

Neil menggertakkan giginya. "Tentu aku ingat." Ia sangat mengingatnya. Terlebih perlakuan Edel Squad pada mereka waktu itu benar-benar membuatnya marah.

"Mereka bersikap seakan memasuki ibukota tanpa izin adalah sebuah kesalahan besar. Kenapa?"

"Mereka mencari seseorang."

Eren, Neil, dan Flogi seketika menoleh ke pintu keluar. Di sana, Jun berjalan dengan santai memasuki pintu sambil tangan kanannya menarik kaki seseorang yang sudah babak belur. Orang itu menjerit tertahan dengan posisi tubuhnya yang tertarik entah dari mana. Terlihat dari raut wajahnya yang kesakitan. Eren dan Neil meringis. Tubuh mereka seakan ikut merasakan kesakitan yang dirasakan orang itu.

Pangeran Denise atau Jun yang sudah kembali dalam bentuk normalnya itu berhenti tepat di hadapan ketiga teman barunya. Tangannya melepaskan kaki pria itu yang segera berusaha merangkak menjauh dari sana. Namun sayang, kaki Jun dengan cepat sudah menginjak kaki pria itu agar tidak merangkak lebih jauh. Pria itu menjerit pilu saat merasakan tulangnya patah.

"Siapa dia?" Flogi menatap Jun tajam. "Kenapa kau menyiksanya seperti itu?"

Jun tersenyum tipis. Ia menyadari jika gadis di depannya ini tidak suka dengan caranya. Tapi, ia tidak punya pilihan. "Dia orang yang bertanggung jawab pada tempat ini. Benar 'kan, Kapten Rexy?"

"I-iya... Ya-Yang Mulia." Jawab pria itu sambil menahan sakit.

Kaki Jun sudah berhenti menginjak kaki Kapten Rexy. Kini ia berbalik, menarik kerah seragam Kapten Rexy dan membuatnya duduk bersandar pada batang-batang besi pembatas sel. Jun berjongkok untuk menyejajarkan tatapannya dengan Kapten Rexy. Mata merahnya menatap dingin.

"Sekarang, beritahu kami apa yang terjadi dengan penjara ini. Di mana para tahanan? Yang paling penting, di mana Levine Levinson? Katakan dengan jujur, atau..." Tiba-tiba kuku-kuku pada jemari tangan kanan Jun memanjang dengan bentuk yang menyerupai kuku beruang. "Kau mau merasakan ini menusuk wajahmu?" Ucapnya dengan senyuman sinis sambil mendekatkan kuku-kuku tajamnya pada wajah Kapten Rexy.

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang