Sebuah pertandingan tampaknya sedang berlangsung dengan seru di tempat tertutup dan pengap itu. Bau-bauan yang tidak terlalu enak menguar memenuhi udara. Tampaknya bau-bauan itu berasal dari berbotol-botol minuman beralkohol yang memenuhi tempat itu, tentu saja. Meski begitu, tampaknya semua itu bukan masalah untuk anak lelaki berambut pirang itu. Ia justru terlihat menikmati pertandingan yang ada di lantai dasar.
Kringggg kringgg kringgg...!!!
Ia dan seluruh orang di sana tampak terkejut. Suara itu adalah tanda bahwa sebentar lagi tempat itu akan digrebek. Seketika sinyal bahaya di kepala anak itu berdenting kencang, menyuruhnya untuk segera kabur dari tempat yang seharusnya tidak ia datangi sebelum cukup usia itu. Sebelum semua terlambat, ia berlari, mencari jalan keluar.
Sesekali ia mendorong beberapa orang yang menghalangi jalan pelariannya. Ia berhenti ketika dilihatnya seorang prajurit berada kurang dari lima meter dari dirinya. Buruknya lagi, prajurit itu juga ada di sisi belakang dan samping kanan darinya. Ia mengumpat, lalu menoleh ke sisi kiri dirinya. Jalan buntu.
"Sial!" Lagi-lagi ia mengumpat, sebelum akhirnya berlari dan menabrakkan diri pada jendela kristal di sisi kiri dirinya tadi.
Para prajurit yang tadi sempat melihatnya, berlari menuju jendela itu. "Kejar dia. Aku akan membidiknya dari sini." Ujar salah seorang prajurit yang langsung membidikkan anak panah pada anak lelaki itu, sedang dua prajurit lain berlari menuruni tangga untuk mengejar anak itu.
Anak lelaki itu rupanya terjatuh di antara kotak-kotak yang ada tepat di bawah jendela. Sambil mengumpat, ia memegangi lengan kirinya yang terasa ngilu. Tiba-tiba sebuah panah melesat melewatinya. Ia tampak sangat terkejut. Lalu tanpa menoleh, ia berlari sekuat mungkin setelah sebelumnya mengumpat terlebih dulu.
"Sebelah sana. Aku tadi melihatnya!"
"Anak kecil sialan. Awas saja kalau nanti kau tertangkap."
Drap drap drap
Bruk!
Anak lelaki itu terduduk lemas begitu melihat dua prajurit yang mengejarnya tadi berlari menjauhi tempatnya bersembunyi. Ia menghela napas, lalu bangkit dan berjalan tertatih menuju lorong-lorong Kota Kenhill.
***
Suara cicitan burung dan cahaya mentari mengusik tidur anak lelaki itu. Semua itu terlihat jelas dari gerakan kelopak mata, juga kernyitan dahinya. Beberapa detik setelahnya ia benar-benar membuka mata, menunjukkan lensa biru yang sedikit pucat. Neilson, sepupu Flogi itu tampak sangat berantakan.
Neilson masih berusaha membiasakan diri dengan kondisinya ketika tanpa sengaja ia mendengar suara percakapan yang membuatnya tertarik. Meski sebenarnya ia lebih tertarik karena mengenali suara salah seorang di antaranya. Sambil mencari posisi yang pas, ia pun mempertajam telinganya.
"Aku rasa ini akan menjadi masalah besar. Kita tidak mungkin membawa keluar barang-barang itu dengan aman dari kota ini. Kau tahu sendiri akhir-akhir ini prajurit keamanan Kenhill sering mondar-mandir di kota, terutama di sekitar gerbang. Ini tidak akan mudah."
Barang-barang? Memangnya barang apa yang sedang mereka bicarakan? Kenapa mereka sampai harus takut diketahui para penjaga? Neil mempertanyakan itu dalam hatinya.
"Aku tahu itu. Tapi mau bagaimana lagi? Mr. Flick bilang barang-barang itu harus segera dibawa ke tempat Elf Squad."
Elf Squad? Kenapa mereka harus berurusan dengan prajurit pengembara seperti Elf Squad? Lagi-lagi Neil mempertanyakan seluruh ucapan mereka.
"Aishh... Pemerintahan sejak dulu selalu saja menyusahkan. Mereka bahkan tidak segan-segan menahan orang-orang yang dianggap berbahaya, meskipun itu hanya sebatas tuduhan."
"Diamlah. Kau terlalu banyak bicara. Bagaimana kalau ada yang mendengarmu?"
"Cih. Ngomong-ngomong, bukankah adik iparmu juga ditangkap? Ini sudah lama, tapi aku penasaran. Apa sebenarnya kesalahannya?"
Brakkk!!!
Gawat. Neil mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya ia menyenggol barang-barang ini di saat yang sama sekali tidak tepat? Ia masih harus sembunyi.
Sesaat, suasana tampak hening. Kedua orang itu diam tak bersuara sampai salah satu di antaranya bangkit dari duduknya.
"Siapa di sana? Apakah ada orang?"
Neil melihat-lihat sekitarnya. Ia mencari kemungkinan tempat yang bisa membuatnya terhindar dari kedua orang itu, tapi tidak ada. Neil memejamkan mata. Lalu detik berikutnya, ia mendorong beberapa kotak kayu yang tertumpuk di sebelahnya untuk menutupi jalan kedua orang itu ke arahnya. Setidaknya itu bisa memberi Neil waktu untuk berlari dan melarikan diri dari kedua orang itu.
Benar saja, sesaat setelah melihat barang berjatuhan dan seorang lelaki yang berlari ke lorong, kedua orang itu segera berlari mengejar Neil.
"Hei, berhenti di sana!" teriak kedua orang itu.
"Bodoh. Memangnya kau pikir aku ingin tertangkap?" Neil terus berlari. Tanpa sadar, ia sudah berada di sebuah tempat yang dipenuhi oleh beberapa mesin-mesin besar. Ia memandangi sekeliling, merasa bingung dengan tempat yang rasanya masih asing ini.
"Sebenarnya ke mana bocah itu pergi?!" Seketika Neil membungkukkan badannya ketika didengarnya suara salah seorang dari kedua orang yang tadi mengejarnya.
"Sudahlah, tidak perlu pedulikan anak itu. Dia tidak mungkin sampai di tempat ini."
"Bagaimana kalau dia benar-benar ada di sini? Bukankah menurutmu ini bahaya? Mr. Flick bisa membunuh kita."
"Dia akan terlebih dulu mati karena pemerintahan ini sebelum membunuh kita. Ayo!"
Neil menghela napas berat. Entah mengapa, rasanya ia bisa mencium bau bahaya dari percakapan kedua orang itu. Tanpa sadar ia tersenyum.
"Apakah ini saatnya petualangan?" Ucapnya sebelum berjalan mengikuti kedua orang itu diam-diam.
***
Halooo... jumpa lagi dengan sayeee~~~
Apakah ada yang menunggu cerita ini? Semoga ada. :')
Anyway, selamat membaca cerita dari penulis amatiran ini. Jangan lupa sempatkan waktu klik vote dan komen ya~~~
~Idzanami19
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemist Accident (TAMAT)
Fantasi"Hoaaammmm..." Terdengar sebuah suara yang mengagetkan mereka. Mata mereka terus menatap ke dalam gua. Sebuah bayangan berjalan mendekat ke arah mereka. Debaran jantung mereka semakin mengencang. Rasanya seluruh dunia mendengar debaran jantung mere...