6. Brilliant Girl

145 22 3
                                    

Gila. Mungkin itulah yang saat ini sedang dipikirkan oleh Eren, Selyn, dan juga Flogi tentang Jun. Sebelumnya mereka memang sedang membicarakan tentang rencana untuk melenyapkan monster itu. Mereka tidak menyangka kalau pikiran Jun bisa sampai sejauh itu.

Semua menatap Jun dengan tatapan aneh. "Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan???" Selyn akhirnya tidak tahan juga untuk menanyakan parit-parit yang tertahan di dasar kepalanya.

Jun hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil meringis, "apa kalian takut?"

"Ini bukan masalah takut apa tidaknya, Jun. Tapi ini masalah hidup dan mati kita." Kali ini Eren yang bersuara.

Jun tertawa. Seketika mata merah itu meredup ditelan kelopak yang menyipit. Lucu sekali. Tampaknya ia adalah keturunan bangsa Timur. Terlihat dari matanya - yang meskipun lebar, tapi hilang ketika tertawa.

"Apa kau pikir ini lucu?!" Eren tampak emosi. Sejak tadi ia memang sudah menunjukkan keengganannya pada kehadiran makhluk berambut putih bermata merah di depannya ini.

Manusia aneh. Begitulah pikiran Eren menghegemoni dirinya sendiri. Lebih-lebih saat melihat tingkah Jun yang seenaknya seperti ini. Menghadapi tingkah Flogi saja ia sudah kewalahan, bagaimana ia harus menghadapi makhluk aneh ini? Apa orang jenius memang selalu bertingkah aneh? Kalau begitu sampai mati pun ia tidak akan mau menjadi manusia jenius!

Jun masih saja tertawa jika ia tidak melihat ekspresi membunuh dari Eren. Ah, lelaki itu memang selalu membuat Jun merasa salah. Jun pun melanjutkan pembicaraannya. Ia mengalihkan pandangnya pada Flogi yang sejak tadi hanya diam membisu seperti biasa.

"Hei, bagaimana menurutmu?"

Flogi menoleh. Sinar matanya yang dingin menghunjam langsung manik merah Jun. Membuat Jun terdiam untuk beberapa saat.

"Kita lakukan saja." Ucapnya, lalu kembali meringkuk. Menyenderkan dagunya pada lututnya yang tertekuk. Membentuk sudut siku-siku.

Seketika Eren dan Selyn menaruh tatapan mereka pada Flogi. "Apa???" Ucap mereka bersamaan, sedang Jun menampilkan senyum kemenangannya.

"Flo! Apa kau sudah gila?! Sebelum memutuskan sesuatu seharusnya kau memikirkan kami juga, kan?!" Kali ini Eren tidak bisa lagi menahan emosinya kepada Flogi. Rasa lelah dan marah rasanya telah sampai pada puncak peleburannya. Ia tak sanggup lagi menahannya.

"Mungkin kau tidak akan peduli karena kau tidak punya orang tua, tapi kami..."

"Apa kau pikir orang tuamu adalah Dewa? Kenapa kau begitu mengagungkan mereka? Kalaupun kau takut orang tuamu akan jantungan mendengar nama anaknya masuk daftar kriminal, seharusnya sejak awal kau tidak perlu ikut dalam percobaan ini, Eren."

Tiga pasang mata menganga seketika. Terutama Eren dan Selyn. Mereka tidak menyangka, seorang Flogi bisa mengatakan hal semacam itu. Memang tak ada ekspresi apapun yang digambarkan wajah dingin itu. Tetapi entah kenapa, mata itu, mata yang selama ini selalu tampak jernih tak peduli, tiba-tiba diselimuti kabut.

Kesepian tercetak jelas pada mata itu.

Flogi menatap Eren lama. Lama sekali. Mata itu seperti ingin menuntut jawab dari pertanyaan yang lebih seperti pernyataan tadi. Hingga akhirnya mata itu menyerah. Flogi mengalihkan pandangannya. Lalu berdiri dan pergi meninggalkan ketiganya dalam diam.

 Lalu berdiri dan pergi meninggalkan ketiganya dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang