2. Buku Tua Selyn

289 31 7
                                    

Pagi menjelang. Malam melambai pada sang fajar. Burung-burung saling menyapa. Mengucapkan selamat pagi dengan nyanyian merdu mereka. Membangunkan makhluk-makhluk lainnya, termasuk gadis berambut pirang itu.

Gadis itu membuka matanya. Bukan karena suara nyanyian burung, tapi lebih karena suara gorden yang dibuka dengan kasar. Lagi-lagi bibinya berulah.

"Aku mengizinkanmu tinggal karena ibumu memintaku, dan kau seenaknya saja mau malas-malasan seperti ini?! Cepat bangun atau hari ini kau tidak akan dapat makan!"

Flogi menghela napas lelah. Malas-malasan? Memangnya siapa yang selama ini selalu membersihkan rumah, memasak, dan mencuci pakaian orang satu rumah ini?

Kalau ia boleh memilih, ia lebih suka tinggal sendiri daripada bersama dengan orang-orang tak bermoral seperti keluarga bibinya. Tapi sayang sekali, itu tidak mungkin terjadi sebelum umurnya memasuki jenjang dewasa.

Ah, itu artinya tinggal dua tahun lagi. Flogi benar-benar menunggu saat itu. Saat umurnya sudah 20 tahun.

***

Dewa Hujan tampaknya sedang bosan. Lihat saja, langit yang tadi sangat cerah, mendadak mendung dan menurunkan begitu banyak tetesan air. Membuat Flogi yang tadinya berjalan santai harus mempercepat jalannya agar tidak kebasahan.

Ia memakai hoodie jaketnya, lalu berjalan secepat yang ia bisa. Begitu sampai tak jauh dari depan gerbang, mendadak ia memperlambat laju jalannya. Di depan sana ada dua orang yang saat ini sama sekali tidak ingin ia temui. Siapa lagi kalau bukan Eren dan Selyn?

Sambil membicarakan omong kosong, mereka berdua berdiri di depan gerbang dengan payung di tangan mereka masing-masing. Mencoba melindungi diri dari hujan yang sudah mulai lebat.

Flogi melihat teman-teman konyolnya itu dengan tatapan datar. Ia berencana mengabaikan mereka jika saja Selyn tidak seenaknya menarik tangannya dan membawanya ke belakang sekolah.

"Ada apa?" Flogi segera bertanya - tetap dengan ekspresi datarnya - begitu mereka bertiga sampai di belakang sekolah. Ia tidak mau berlama-lama bersama dua makhluk berisik di depannya ini.

"Coba tebak." Selyn nyengir, sedangkan Flogi hanya menatapnya. Datar.

Melihat gelagat Flogi yang seperti itu membuat Eren langsung menyikut perut Selyn. "Aish... Iya-iya aku beritahu..." Selyn merengut sebal.

"..."

"Jadi begini Flo, kami sudah menemukan ide untuk tugas kimia kita." Eren menjelaskan.

"Sebenarnya aku yang menemukan idenya. Bukan dia." Selyn memperjelas. Jarinya menunjuk tepat di hidung Eren saat mengatakan dia. Membuatnya terkena pelototan Eren. Selyn nyengir.

"Kau pasti akan terkejut saat mendengarnya! Aku yakin itu!" Selyn semakin bersemangat. Tapi semangatnya itu menguap seketika begitu melihat ekspresi Flogi yang biasa saja. "Iya, kan?" Lanjutnya dengan canggung.

Sebelum Eren benar-benar melihat Flogi membakar Selyn hidup-hidup, akhirnya Eren memutuskan untuk mengambil alih. "Ehm. Baiklah, biar aku saja yang menjelaskan. Jadi begini..."

"Apa kau pacarnya?" Tanya Flogi tiba-tiba. Membuat Eren jadi salah tingkah, sedangkan Selyn hanya bisa mendelik tak percaya dengan pendengarannya.

"T-tentu saja bukan!" Dengan cepat Eren mengelak.

"Kalau begitu, biarkan dia sendiri yang menjelaskan."

"I-iya, baiklah..." Eren menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ada apa?" Flogi kembali mengalihkan perhatiannya ke Selyn.

Selyn menghela napas. Untuk kesekian kalinya, ia merasa sial telah satu kelompok dengan Flogi.

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang