7. Rahasia Kegelapan

147 23 6
                                    

"Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan? Apa kau yakin rencanamu akan benar-benar berhasil?"

Begitu pertanyaan Jun yang sejak tadi terus menghantui Flogi. Ia mengacuhkan Jun, terlalu menyesal karena telah mengajak makhluk cerewet seperti Jun.

"Hei, apa kau tidak bisa sekali saja menjawab pertanyaanku???" Jun mulai kesal.

"Apa kau tidak melihat kalau aku sedang berpikir?" Jawab Flogi ketus tanpa menoleh sama sekali.

Jun diam. Ia benar-benar kesal. Bagaimana bisa seseorang memiliki sifat yang sangat menyebalkan seperti gadis di depannya ini? Lagipula, untuk apa sebenarnya ia mengikuti gadis antah-berantah ini?

Baiklah. Mungkin benar bahwa gadis ini berasal dari Kenhill, kota yang hampir tidak ada harapan lagi, tapi justru menjadi kota yang sangat penting baginya atau bahkan bagi Edelweiss. Selain itu, Flogi juga pintar seperti dugaannya, tapi apa gunanya otak itu jika pemiliknya benar-benar seperti batu? Mengerikan.

Setelah perjalanan mereka yang cukup memakan waktu lama, akhirnya mereka sampai di depan laboratorium kuno yang hampir rata dengan tanah itu. Terlihat jelas bagaimana usaha monster itu untuk menghancurkan lab ini, atau mungkin... manusia dalam lab itu?

Jun bergidik. "Wah, sepertinya kemarin kau dan teman-temanmu benar-benar bekerja keras."

Flogi diam. Ia sama sekali tidak mendengarkan ocehan Jun. Ia terus berusaha masuk ke dalam lab sambil sesekali menyingkirkan batu atau barang-barang yang menghalangi jalannya. Ia terlihat seperti sedang mencari sesuatu karena ia terus menyingkirkan material-material yang ada di lantai dengan kakinya. Terkadang sesekali ia menghentakkan kakinya. Mengecek apakah itu adalah apa yang dicarinya.

"Sebenarnya apa yang sedang kau cari???" Jun sudah tidak tahan lagi untuk bertanya. Sejak tadi yang ia lakukan hanya mengikuti Flogi tanpa tahu apa yang sebenarnya direncanakan gadis jenius itu.

"Ketemu!" Tiba-tiba Flogi menghadap Jun dengan cepat. Jun yang tidak siap dengan hal tersebut hanya terpaku di tempatnya. Bingung harus menanggapi bagaimana. Apalagi Flogi tampaknya mengatakan itu bukan untuk dirinya, melainkan diri Flogi sendiri.

"Apa yang ketemu?"

"Pintu."

"Haaa???"

Flogi berjongkok. Tidak menghiraukan Jun yang kembali akan mengomel. Ia menyingkirkan material-material serta debu yang menutupi lantai itu. Tidak. Itu bukan lantai. Itu...

"Apa itu pintunya? Bagaimana kau bisa tahu kalau di sana ada pintu? Aku sudah beberapa kali ke sini, tapi tidak pernah melihat itu di sana." Cerocosnya sambil menunjuk lantai yang sedang dibersihkan Flogi itu.

"Bisa kau bantu aku memindahkan reruntuhan ini?" Flogi menatap Jun tajam. "Daripada kau terus menanyakan sesuatu yang tidak penting."

Jun terperangah. "Dasar batu!" Umpatnya kesal. Meski begitu, ia tetap menuruti permintaan Flogi.

Perlahan, mereka menyingkirkan satu per satu reruntuhan yang menghalangi pintu itu. Tampak sebuah papan kayu berukuran 1X1 M di lantai. Papan itu sangat mirip dengan lantai itu sendiri sehingga hampir tidak tampak bahwa itu adalah sebuah pintu menuju ruang bawah tanah.

Seperti sudah hafal, Flogi membuka pintu papan kayu itu dengan mudah. Ia lalu turun ke dalamnya diikuti oleh Jun.

"Aku tidak tahu kalau di tempat ini ada ruang bawah tanah. Tapi tidak heran juga, sih... karena tempat ini terlalu suram untuk tempat yang tidak memiliki ruangan seperti itu. Jadi kurasa..."

"Apa kau membawa korek api?" Lagi-lagi Flogi memotong perkataan Jun.

"Ha? Untuk apa?"

"Apa kau tidak melihat kalau tempat ini terlalu gelap? Aku ingin menyalakan lampu yang sakelarnya berada sedikit lebih jauh dari sini."

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang