"Apa kau tahu kalau kota ini pernah hampir hancur?"
"Aku tahu. Aku mendengarnya dari ayahku. Katanya tiga tahun lalu ada seseorang yang ingin membangkitkan monster-monster dari bawah tanah."
"Bukankah itu mengerikan? Untung saja Pangeran Denise segera menangkapnya."
Jun tersenyum dari tempat duduknya. Entah kenapa merasa bangga dengan dirinya sendiri. Ia membuka tudung jaketnya. Rambut putihnya tampak berkilat terkena sinar matahari yang cukup terik. Cukup untuk membuat beberapa orang di sana menyadari kehadirannya dan merasa malu karena sudah membicarakan Jun di depan orangnya sendiri. Lagipula, siapa lagi pemuda berambut putih di kerajaan ini kalau bukan dirinya?
Ia melihat kanan-kiri. Taman itu cukup ramai. Ada beberapa orang yang sedang jalan-jalan. Beberapa lagi berolahraga atau hanya sekadar duduk di kursi sepertinya.
Senyum Jun melebar saat orang yang ditunggunya berjalan ke arahnya. Flogi berjalan sambil memeluk sebuah buku. Rambut pirangnya ia ikat kuda. Tampaknya ia baru pulang dari akademi.
"Apakah kau tidak punya tempat lain untuk bertemu? Di sini terlalu ramai. Orang-orang itu terus memperhatikanmu sejak tadi."
Flogi duduk di samping Jun setelah selesai dengan ocehannya. Ia menaruh buku dan tasnya di samping, lalu beralih menatap Jun.
"Mereka memperhatikanku karena aku tampan."
Flogi memutar bola matanya, "yang benar saja."
Jun tertawa. Ia merangkul Flogi yang kini sudah sah menjadi kekasihnya. Ia memandang ke sekitar. Sudah tiga tahun sejak tragedi laboratorium Kenhill. Tidak bisa dipercaya tempat yang damai ini pernah hampir hancur karena ulah ilmuwan gila bernama Veer.
Jun memperhatikan lengan Flogi yang dililit perban. Ia menarik tangan Flogi, memperhatikan lebih dekat. "Kau terluka lagi?"
Flogi segera menarik tangannya dari Jun. "Ini sudah tidak sakit. Selyn mengobatinya dengan baik."
"Kau beruntung mempunyai teman yang akan menjadi dokter."
Flogi mengangguk setuju. Tidak ada yang lebih menguntungkan dari memiliki teman yang bisa merawatnya setiap terluka.
"Jadi, apa tujuanmu jauh-jauh menemuiku di Kenhill? Kau bisa saja mengirim surat lewat elang seperti biasanya."
Jun ternganga, "apa kau tidak suka bertemu denganku? Wah! Padahal kau sudah setuju bertunangan denganku."
"Aku baru menjadi tunanganmu setelah acara dan itu masih sangat lama."
Jun menghela napas. Ia menurunkan lengannya yang merangkul Flogi dengan lesu, "kau benar."
"Jadi, ada apa?"
Flogi bersedekap. Sejujurnya saat ini ia sedang sangat gugup. Sejak Jun menyatakan perasaannya, mereka hanya bertemu saat ada keperluan mendesak saja, seperti saat ada acara di istana atau saat Jun harus pergi mewakili kerajaan ke beberapa tempat. Kali ini tiba-tiba saja Jun datang ke Kenhill. Tentu saja Flogi menjadi gugup. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan lagi.
"Aku akan pergi ke Casa untuk beberapa waktu, paling lama enam bulan."
Flogi mengalihkan pandangannya ke arah lain. Casa adalah perbatasan antara Kerajaan Edelweiss dengan Kerajaan String. Semua orang tahu jika Edelweiss tidak pernah akur dengan String. Jadi, bisa dipastikan jika putra mahkota harus repot-repot ke sana, artinya akan terjadi perang di Casa.
"Kau tenang saja, aku akan pergi dengan Eren dan Neil. Kau tahu mereka adalah prajurit terbaikku."
Benar. Mereka berdua bisa membantu Jun dalam menyelesaikan masalah di sana. Lagipula, mereka sudah membuktikan kemampuannya selama tiga tahun belakangan. Seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Aku berencana menikahimu saat kembali."
Benar. Mereka harus segera bertunang- apa tadi?
Flogi menatap Jun, "kau tadi bilang apa?"
"Kita akan menikah," Jun menelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar. "Jangan bilang kau menolakku."
"Kita bahkan belum resmi bertunangan!" Flogi hampir berteriak saking terkejutnya.
Jun mengibas-ngibaskan tangannya dengan santai, "kau tidak perlu memikirkannya. Itu akan menjadi urusanku."
Flogi menghela napas. Ia tidak bisa membayangkannya. Menikah?
Baiklah, ia memang menyukai ide itu. Ia hanya merasa terlalu terkejut dengan semua perubahan dalam hidupnya selama ini.
Sejak dulu, ia selalu berada di tengah konflik yang membuatnya menjadi gadis tanpa emosi, atau lebih tepatnya menahan emosi. Ia mulai berubah setelah merasakan langsung bahaya bersama teman-temannya saat melawan monster-monster yang dibangkitkan Veer. Mungkin bukan berubah, ia hanya kembali menjadi dirinya yang asli.
Menjadi Flogi Victoria Levinson yang sebenarnya.
Flogi tersenyum, "kalau begitu kau harus segera kembali."
Jun tersentak, "aku tahu."
Jun meraih Flogi dalam pelukannya. Ia menyandarkan dagunya di bahu Flogi sambil tersenyum. Ia merasa lega, sangat-sangat lega.
Tanpa mereka sadari, perlahan ujung rambut Jun menghitam. Bersamaan dengan perasaan mereka yang justru semakin memutih.
***
Huweeeee akhirnya selesai benerannnn!!!
Chemist Accident adalah novel keduaku yang berhasil selesai sejauh ini. Berkat cerpen yang kutulis untuk tugas adikku dulu, aku bisa mengenal tokoh-tokoh gemasku di sini.
Ini adalah cerita kesukaanku meskipun pembacanya hanya sedikit. Tidak masalah. Aku bahagia bisa menyelesaikan cerita ini.
Sekarang saatnya berpisah dengan tokoh-tokoh gemasku. Terima kasih untuk yang sudah mau membaca sejauh ini. Meskipun butuh waktu lama untuk selesai, tapi akhirnya cerita ini bisa sampai tamat.
Sampai jumpa di ceritaku yang lain!
~Idzanami19
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemist Accident (TAMAT)
Fantasy"Hoaaammmm..." Terdengar sebuah suara yang mengagetkan mereka. Mata mereka terus menatap ke dalam gua. Sebuah bayangan berjalan mendekat ke arah mereka. Debaran jantung mereka semakin mengencang. Rasanya seluruh dunia mendengar debaran jantung mere...