1. Lab Kimia Lama

574 41 12
                                    

Konon, alam semesta ini terbentuk dari suatu ledakan besar yang berasal dari satu planet. Pecahan-pecahan dari ledakan planet itu kemudian menyebar dan menciptakan berbagai galaksi, juga tata surya.

Mereka, kaum berotak itu, biasa menyebut ledakan besar itu dengan sebutan Bigbang. Ledakan besar yang merupakan awal dari terbentuknya alam semesta, termasuk juga bumi yang kini ia dan berjuta manusia lain tempati.

Gadis itu menghela napas. Memikirkan pembentukan dunia yang begitu rumit. Pikirannya melayang. Berbagai pertanyaan muncul dari dalam otak jeniusnya. Kenapa? Mengapa? Bagaimana bisa? Siapa? Apa? Pertanyaan-pertanyaan yang terkadang tidak memiliki jawabannya. Meski ada pun sulit untuk menemukannya. Perlu penelitian lagi, uji coba yang mendalam, diskusi, serta debat di antara orang-orang 'berotak' yang sok tahu itu.

Mata biru safirnya kembali menelisik setiap kata dari buku tebal bersampul hitam yang dipegangnya. Sesekali tangannya menghalau beberapa helai rambut pirangnya yang mengganggu pandangannya. Ia menelusupkan helai-helai nakal itu di antara telinganya. Jari-jari lentiknya beberapa kali membuka lembar demi lembar halaman buku itu. Pandangan matanya sama sekali tidak mau beranjak dari buku tua itu.

"Tuh, kan? Benar kataku... Dia ada di perpustakaan..." Suara seorang gadis terdengar.

"Iya, iya... Kau menang. " Sahut suara lain. Kali ini suara laki-laki.

Tanpa menoleh pun, gadis itu sudah tahu siapa pemilik suara-suara itu. Bukan mengapa, pasalnya sudah dua hari ini mereka berdua mengusik ketenangannya. Eren dan Selyn, kedua makhluk berisik itu...

"Huh... " Flogi menghela napas lelah. Semua ini gara-gara tugas yang diberikan Guru Anna. Kenapa guru kimianya itu harus memberikan tugas kelompok? Gara-gara tugas kelompok itu, dua makhluk berisik itu terus mengganggu hari-hari Flogi. Menyebalkan.

"Flo, jadi kapan kita akan mulai kerja kelompoknya?" Selyn, gadis berambut hitam itu tiba-tiba bertanya. Ia duduk tepat di depan Flogi. Merusak pemandangan.

Baiklah, Flogi akui Selyn memiliki wajah yang tergolong cantik. Ia memiliki tatapan mata hazel yang selalu berbinar, juga kulit putih yang selalu terlihat cerah, ditambah senyuman yang selalu terpampang di wajah gadis itu. Meski begitu tetap saja, bagi Flogi barisan buku-buku di rak perpustakaan itu lebih cantik daripada Selyn. Flogi mengalihkan pandangannya dari buku ke Selyn yang kini sedang menunggu jawabannya dengan senyum mengembang.

"Bagaimana kalau besok?" Sekarang giliran laki-laki yang kini sedang berdiri tepat di sebelah Flogi itu yang bertanya.

Pandangan Flogi beralih ke pria di sebelahnya. "Pergi. " Ucap Flogi. Tatapan dinginnya menghunjam kedua bola mata Eren dan Selyn.

Mendapat respon seperti itu, Selyn memasang wajah kesalnya, sedangkan Eren hanya bisa menghela napas. Menahan kekesalannya.

Ini sudah dua hari. Sudah dua hari mereka berdua terus mengikuti dan menanyai Flogi dengan pertanyaan sama. Sudah dua hari pula mereka mendapatkan respon yang sama. Pengusiran.

"Kali ini aja, Flo... Kita harus bicara tentang tugas dari Guru Anna. Aku tidak mau mengerjakannya dalam keadaan mepet. Kau tahu sendiri bagaimana kami saat pelajaran kimia, kan? Nol." Selyn berkata dengan nada memohon.

"Selyn benar, Flo. Lagipula, mau sampai kapan kau menghindari kami, hm? Sampai hari terakhir pengumpulan tugas? Atau sampai lulus?" Ujar Eren yang berusaha menahan emosi.

Flogi tidak mengatakan apa pun. Mata biru safirnya hanya menatap kedua orang di depannya dengan datar sambil menyangga kepalanya dengan satu tangan. Ia tampak seperti sedang berpikir, sedangkan Eren dan Selyn hanya memandangnya. Pasrah.

Dijadikan satu kelompok dengan Flogi bukanlah hal yang membanggakan, apalagi menyenangkan. Itu semua karena meskipun pintar, Flogi bukan tipe orang yang suka kerja sama. Ia egois. Sangat egois.

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang