Flogi menatap ke luar jendela bangunan tua itu. Pepohonan tergelar sejauh matanya memandang. Hijau dan biru tampak berpadu dalam kesatuan warna yang indah. Pikirannya melambung jauh ke depan, juga ke lampau. Ia melamun.
"Flo, aku ingin bicarakan sesuatu denganmu."
Flogi menghela napas. Sejak tadi suara itu terus saja menghalau ketenangannya. Ia menoleh ke si pemilik suara dengan datar, sebisa mungkin menahan emosi.
Jun menatap Flogi dengan ragu, lalu ia pun tersenyum lebar.
Lagi-lagi Flogi menghela napas. "Ada apa?"
Jun berjalan mendekati Flogi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia duduk di jendela dan menghadap ke Flogi dengan serius. "Begini, kau ingat saat aku bilang di gua bahwa aku akan membantu kalian kalau kau juga membantuku, kan?" Flogi mengangguk. "Aku ingin memberitahu apa yang harus kau lakukan untukku." Jun menoleh ke kanan dan ke kiri. Seakan takut akan ada yang bisa mendengarkan pembicaraannya dengan Flogi.
Flogi mengernyit. "Apa?
"Kau... sebenarnya sudah tahu siapa aku, kan?"
"Aku tahu. Tapi apa hubungannya permintaanmu dengan itu?"
"Temui ayahku."
Seketika, Flogi membelalakkan matanya. "Apa?"
"Levine Levinson. Dia adalah ayahmu, kan?"
Flogi diam. Terlihat jelas kalau ia berusaha menahan emosi. "Sebenarnya apa maumu?" Ucapnya dengan nada rendah yang penuh penekanan.
"Ayahku tahu di mana ayahmu. Itulah sebabnya aku menyuruhmu menemui ayahku. Kau harus menanyakan di mana posisi ayahmu saat ini karena..." Jun terdiam sejenak. "Karena... hanya dia yang bisa menghentikan teror monster-monster ini."
"Kenapa bukan kau sendiri yang menemui ayahmu?"
Jun tersenyum getir. "Dia tidak akan memercayaiku setelah semua yang terjadi." Flogi memperhatikan Jun. Sekilas, ia melihat kesedihan di dalam mata abu-abu gelap itu. Lalu tiba-tiba, mata itu semakin lama berubah. Bukan hanya warnanya, tapi juga emosi di dalamnya. Flogi tampak terkejut.
"Sejak kapan matamu menjadi seperti itu?" Kalimat tanya itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Flogi. Jun mendongak menatap Flogi, lalu kembali menunduk sambil memegangi sebelah matanya dengan bingung.
"Maaf..." Ucap Jun. Suaranya terdengar sangat menyayat. Baru saja Flogi ingin bertanya kembali, tapi Jun sudah kembali menatapnya dengan ekspresi jenaka seperti biasanya. "Jadi, bagaimana? Kau mau, kan?" Tanyanya sambil tersenyum lebar dan mata merah yang berusaha tersenyum juga.
Flogi menghela napas. "Terserah kau saja." Ucapnya. Kemudian berlalu pergi meninggalkan Jun.
***
Flogi berjalan secepat yang ia bisa. Tongkat yang ia pakai cukup membuatnya kesulitan. Di belakangnya, Jun berlari menyusul. Tadi, seorang yang ditugasi menjaga Eren dan Selyn melaporkan bahwa keduanya telah siuman. Tentu saja itu merupakan kabar paling membahagiakan bagi Flogi saat ini.
Flogi langsung membuka pintu begitu sampai di depan ruangan Eren dan Selyn. Wajah datarnya berubah menjadi senyuman lega begitu melihat Eren duduk sambil mengelus-ngelus lengan kirinya. Eren yang melihat kedatangan Flogi dan Jun yang tiba-tiba tampak kebingungan. Apalagi ketika tiba-tiba Flogi menghampiri dan memeluknya dengan erat. Bahkan Flogi sampai menjatuhkan tongkat yang menjadi penopang tubuhnya.
"Kau bangun... akhirnya kau bangun!" Ucap Flogi. Suaranya terdengar gemetar. Tanpa melihat pun, Eren dan Jun tahu, Flogi sedang menangis. Eren perlahan membalas pelukan Flogi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemist Accident (TAMAT)
Fantasy"Hoaaammmm..." Terdengar sebuah suara yang mengagetkan mereka. Mata mereka terus menatap ke dalam gua. Sebuah bayangan berjalan mendekat ke arah mereka. Debaran jantung mereka semakin mengencang. Rasanya seluruh dunia mendengar debaran jantung mere...