20. Perjalanan Menuju Elfados (Part 2)

10 4 0
                                    

Halooooooo

Selamat membaca~~~

-

-

"Aku tahu kau membenci gadis itu, tapi aku mengandalkanmu. Jaga dia dan jangan sampai terluka, atau aku yang akan melukaimu jika itu terjadi."

Tatapan Neil sama sekali tidak bisa lepas dari gadis yang sedang duduk di bagian depan perahu itu. Kata-kata terakhir Jun sebelum pergi tadi benar-benar mengganggunya. Banyak pertanyaan yang melayang-layang di otaknya. Bagaimana Jun bisa tahu tentang kebenciannya pada gadis di depannya ini? Mengapa Jun menyuruhnya menjaga Flogi, bahkan sampai repot-repot mengancamnya? Neil terus memperhatikan sepupunya itu dalam diam. Sepertinya ia sudah bisa mulai merangkai beberapa benang kusut dalam otaknya dan menjadikannya sebuah jawaban yang masuk akal atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Rambut panjang Flogi berkibar mengikuti arah angin. Sekali melihat pun Neil bisa tahu kalau itu pasti sangat mengganggu si pemilik rambut. Meski begitu, tampaknya sepupunya itu sama sekali tidak terganggu, meski terganggu pun perempuan itu terlihat sama sekali tidak peduli.

Kedua lengan Neil dan juga Eren tampak bekerja keras mendayung perahu yang sedang membawa mereka bertiga ke Pulau Elfados. Sesekali mereka melihat ke kiri dan kanan, hanya lautan luas yang bisa tertangkap indra penglihatan mereka. Beberapa ikan kecil terkadang berenang di sisi perahu mereka seakan sedang mengawal perjalanan tiga remaja itu.

"Neil, apakah pulau itu masih jauh? Aku tidak melihat apa pun selain laut. Selain itu, sebentar lagi pagi. Bagaimana kalau kita tidak bisa sampai di sana sebelum langit terang?"

"Tenang saja... Tidak jauh dari sini seharusnya ada pusaran air. Setelah kita bisa melewatinya, kita akan sampai." Neil menjelaskannya dengan nada yang terkesan terlalu santai, membuat Eren segera menatapnya tidak suka.

"Kau sedang membicarakan pusaran air, tapi gayamu seperti sedang membicarakan wanita. Menyebalkan."

Neil terkekeh. Menggoda Eren memang selalu menjadi hobinya yang paling menyenangkan sejak sekolah menengah pertama.

Kedua laki-laki itu masih berdebat dan saling mengejek ketika tiba-tiba mata Flogi menatap gerakan aneh air tidak jauh di depannya. Ia mengernyit, tidak lama kemudian wajahnya memucat. "Eren, Neil, arahkan perahunya ke kiri! Cepat!"

Eren dan Neil segera memusatkan perhatian mereka pada Flogi. "Ada apa?" Mereka mengucapkan itu secara bersamaan. Harmonis sekali.

"Ada pusaran air! Kubilang cepat dan jangan banyak bicara!" Flogi meninggikan suaranya sambil berbalik dan menatap keduanya tajam. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan dua orang di belakangnya. Bagaimana bisa mereka masih bertanya dan membuang waktu mereka yang berharga untuk menyelamatkan diri dari pusaran air itu?

Kurang dari sedetik setelah Flogi mengatakan itu, Eren dan Neil segera mengikuti instruksi Flogi. Pusaran air yang ada di depan mereka tidak sekecil yang Neil bayangkan. Itu adalah pusaran air yang cukup besar untuk perahu kecil yang mereka naiki. Mereka berusaha sekuat tenaga mendayung dan mengarahkan perahunya ke arah yang berlawanan dari pusaran air itu.

"Eren, cepat!"

"Kau juga, sialan!"

"Tidak bisa. Ini percuma. Pusarannya terlalu kuat!"

"Eren, Neil, perahunya terisi air!"

"Keluarkan sebisamu, Flo!"

Flogi mengeluarkan air yang masuk ke perahu mereka dengan terburu-buru menggunakan kedua tangan mungilnya, sedangkan Eren dan Neil terus berusaha menjauhkan perahu mereka dari pusaran air yang seakan terus berusaha menyeret mereka ke dalamnya. Pusaran itu tiba-tiba semakin besar, membuat perahu mereka otomatis berbelok dan mengikuti arah pusaran itu.

Chemist Accident (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang