09. Kaget

640 189 20
                                    

06.30 WIB
Kediaman Arven

Arven sekarang masih tertidur mengingat malam tadi dia belajar sampai larut malam dan berakhir tertidur.

Arven adalah lelaki yang sangat pandai dalam semua mata pelajaran, salah satu nya matematika, matematika adalah salah satu pelajaran favorit Arven.

"Enggh.." tidur Arven terusik karena cahaya matahari yang mulai memasuki kamar nya melalui jendela membuat silau.

"Aven, ayo bangun." Rania menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh sang anak.

"Iya nda, lima menit lagi." Arven kembali menutup diri nya dengan selimut.

"Bangun sekarang! Nurut atau motor kesayangan kamu itu Bunda sita?!" Ancaman Bunda nya membuat Arven langsung menegakkan tubuh nya karena dia benar benar tidak mau jika motor nya disita.

"Ihhh bunda mah, mainnya ngancem gitu." Arven menatap bunda nya dengan wajah cemberut.

"Terserah Bunda lah," sahut Bunda nya acuh dan langsung keluar dari kamar Arven.

Arven mengusap wajah nya kasar dan menghela nafas, lalu langsung menuju kamar mandi untuk memulai ritual mandi nya.

•••••

"Za, nanti pulang sekolah kamu pake taksi online aja ya, Papah sibuk banget soalnya, sama juga Pak Adam tadi ngechat papah, kata Pak Adam anaknya lagi sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit," ujar Farel berkata ke Maira.

"Oke Pah," sahut Maira tersenyum sambil melahap nasi goreng buatan Mamah tercinta nya.

Keluarga Adhitama itu kali ini sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan pagi, suasana sangat sunyi, hanya ada bunyi dentingan sendok.

Setelah beberapa menit menyelesaikan sarapan, akhirnya Maira berpamitan ke mamah nya untuk berangkat ke sekolah.

"Pah, ayo," Maira menatap Papah nya yang sedang duduk berbincang dengan Zaydan.

"Ayo," sahut Farel sambil merangkul pundak anaknya.

"KAKAK! NANTI TALO KAKAK PULANG CEKOLAH JANGAN LUPA BELIIN ZAY PELMEN YA!" Zaydan berteriak keras sambil berlari ke arah Maira.

Maira tersenyum manis menatap wajah adiknya dan menunduk untuk menyamakan tinggi dengan adeknya.

"Okey, nanti kakak beliin permen yang banyakkk," sahut Maira sambil mencubit pipi gembul sang adik.

"Kakak mau berangkat sekolah dulu ya," Maira mengecup singkat pipi sang adik lalu berdiri.

"Otay kak! Ati ati ya," sahut Zay terkekeh gemas.

Maira mengangguk sambil tersenyum lalu berjalan keluar .

"Za pamit dulu ya Mah!" teriak Maira sambil melambaikan tangan pada saat sudah di depan pintu.

"Iya sayang," sahut Amelia.

•••••

"Aven pamit dulu ya." Arven berkata sambil menyalimi tangan kedua orang tua nya

"Loh? Kamu ga sarapan dulu?" tanya Rania heran

"Engga nda, Aven buru buru soalnya takut telat," sahut Arven.

"GAK! KAMU HARUS SARAPAN DULU, MINIMAL MINUM SUSU AJA." Rania menatap tajam sang anak.

"Bundaaaaa Aven lagi buru buru," Arven menatap bunda nya dengan bibir nya yang cemberut, ah iya dia saat ini terlihat seperti anak kecil.

"Aven.." Rania menatap tajam mata sang anak.

"Okey, Aven minum susu." Arven menarik kursi dan langsung duduk, lalu meneguk tuntas susu coklat yang ada di gelas.

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang