28. Satu kelompok

318 54 9
                                    

Diam adalah cara terbaik untuk menahan cemburu.  -Alkan

______________

Pagi ini terasa sangat mencekam bagi Arven, pagi hari ini bukan pagi yang biasa dihiasi dengan candaan.

"Nda, Aven pamit dulu," ucap Arven, lalu bersalaman dengan Bunda nya.

"Loh kamu ga sarapan dulu?" tanya Rania yang sedang mengoleskan selai ke atas permukaan roti.

"Engga, Nda, Aven duluan," ujar Arven, lalu keluar dari rumah menuju bagasi untuk mengambil motor nya.

Sedangkan Dirga sejak tadi hanya diam. Namun, Arven tetap bersalaman dengan Ayahnya.

Ravin sejak malam tadi tidak keluar kamar, mungkin dia masih ingin menenangkan diri dan pikirannya.

Setelah mengambil motor dibagasi, Arven langsung melajukan motornya menuju sekolah.

****

Diperjalanan menuju sekolah, Arven terus merenung, mencoba mencari cara agar Ravin bisa kembali seperti dulu, Ravin yang ceria dan penuh candaan.

Tak berselang lama, Akhirnya Arven sampai di depan gerbang sekolah SMA BHATARA.

Arven memakirkan motornya di area khusus parkiran. Namun, Pandanga tak sengaja menangkap seorang gadis yang sedang berjalan memasuki gerbang seorang diri sambil tersenyum lebar.

Gadis itu adalah Maira.

Arven dengan cepat langsung memakirkan motornya, lalu menghampiri Maira yang sejak tadi tak henti-hentinya bersenandung.

"Ehm," sapa Arven.

Maira terpelonjak kaget, otomatis Maira langsung memukul bahu Arven yang berdiri disampingnya, "IH ARVEN LO SENGAJA NGAGETIN GUE YA?!"

"Gue ga ngagetin lo, gue cuman dehem doang, pede banget lo," bantah Arven.

"Ya sama aja!" ketus Maira sambil menghentakkan kakinya.

"Bisa gausah teriak?" kesal Arven.

"GABISA!" balas Maira sambil melotot.

Arven menghembuskan nafasnya berat, lalu menoleh ke arah belakang Maira, ada seorang laki-laki yang sedang berdiri.

"Hai Mai," sapa Alkan sambil tersenyum lebar.

Maira menoleh ke belakang, lalu tersenyum tipis, "Hai Al," balas Maira.

Arven memutar bola matanya malas, kenapa Alkan muncul? Seperti jin saja.

"Yuk ke kelas bareng gue," ajak Alkan.

Maira mengangguk, "Ayo," balas Maira, dalam hatinya berharap agar Arven cemburu.

Arven hanya diam, memperhatikan Maira dan Alkan yang berjalan menjauh dari dirinya.

"Hai Arven,"

Arven menoleh, lalu mengangkat satu alisnya, "Apaan?"

"Daripada lo ngeliatin si ratu caper, mending lo masuk bareng gue aja," ujar Clara sambil mengedipkan matanya genit.

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang