33. Membuka hati

383 25 10
                                    

Hallooo guyss!

I'm sorry baru bisa update :(
Because, aku lagi sibuk banget di my life, jadi baru bisa update sekarang. Sebenarnya ini uda lama draft, tapi aku belum bisa up karena belum aku baca ulang, takutnya kalo ada typo.

So, happy reading guys !!

                                 ****

"Sebenarnya lo kenapa, Zen? Gue dari awal udah penasaran dan gue juga curiga, kenapa lo selalu marah kalau gue ngasih harapan ke Maira?" Arven menatap Razen dengan tatapan menuntut.

Razen mengambil nafasnya dalam-dalam, "Gue suka sama Maira, puas lo?"

Tubuh Arven seketika terasa kaku, mata Arven menatap tajam ke arah Razen, tangannya pun mengepal kuat, tak menyangka dengan apa yang dikatakan Razen barusan, "L-lo suka sama Maira?" ucap Arven mengulangi, takut jika salah dengar.

"Iya gue suka sama Maira, selama ini selalu gue pendam, dan kali ini gue udah ga tahan lagi buat mendam, gue selalu berusaha baik-baik aja pada saat Maira ngasih lo perhatian, padahal dalam hati gue sakit. Gue suka sama Maira dari awal masuk SMA sampe sekarang, sebenarnya waktu itu gue mau confess, tapi ternyata Maira suka nya sama lo." Razen tertawa hambar, lalu menghela nafas untuk menjeda perkataannya.

"Kita udah sahabatan dari kecil, gue gamau persahabatan kita hancur cuman karena satu cewe, maka dari itu gue lebih baik memilih untuk memendam perasaan gue," lanjut Razen.

"Lo tau kan? Gue itu tipe orang yang susah suka sama cewe, kalo gue suka sama cewe, berarti cewe itu memiliki kelebihan yang ga dimiliki oleh orang lain, dan itu yang bikin gue suka sama dia."

"Gue pernah bilang kan? Kalo gue suka sama cewe, gue gabakal ngelepasin cewe itu sekalipun buat sahabat gue sendiri," tegas Razen.

Arven tampak terkejut mendengar pengakuan dari Razen, jadi selama ini Razen menyukai Maira? Mengapa dia baru mengetahui nya sekarang? Ah dirinya sangat bodoh.

"Dan gue, gabakal biarin Maira buat suka sama lo, karena gue yakin di hati Maira cuman ada gue." Setelah mengatakan hal itu, Arven beranjak lalu meninggalkan Razen yang masih terdiam memandang danau.

****

Arven terus memikirkan ucapan Razen waktu di danau tadi, sahabat kecilnya sekaligus teman curhatnya ternyata menyukai seorang perempuan yang menyukai dirinya, Arven tak bisa membayangkan betapa sakitnya menjad Razen, dia rela memendam perasaan nya demi sahabatnya.

"Sorry, Zen, gue juga gabisa ngelepasin Maira gitu aja, karena sekarang gue udah mulai jatuh cinta sama Maira, dan gue gabakal mengalah untuk kedua kalinya," monolog Arven.

"Cukup kemaren aja gue mengalah demi kebahagiaan Kanara, dan sekarang gue gabakal ngalah lagi. Karena cuman Maira yang bisa bikin gue jatuh cinta lagi," gumam Arven.

Arven kini sedang mengendarai mobil nya menuju rumah, sedari pulang sekolah tadi dia belum mengganti pakaian seragam nya.

Namun, tiba-tiba ponsel Arven berdering, Arven langsung mengambil ponsel yang berada di dalam kantong celana seragam nya, setelah dilihat terdapat nama 'Bunda' yang menelponnya.

"Halo, Nda?"

"Aven, kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang? Ravin pulang sama kamu kan?" tanya Rania di seberang sana.

"Ravin ga pulang sama Aven, Nda, tadi udah Aven ajakin buat pulang bareng, tapi dia nolak, katanya dia pulang bareng temennya aja."

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang