11. Bekal

493 171 20
                                    

Happy Reading bestie !

****

Jam menunjukkan pukul setengah enam sore, sebentar lagi azan Maghrib berkumandang, kedua insan Alkan dan Maira baru saja sampai di depan rumah Maira.

Maira turun dari atas motor Alkan, "makasi ya udah mau anterin, lo ngga mau mampir dulu? Udah mau azan magrib loh ini" tawar Maira.

Alkan membuka kaca helm full face nya, dan menatap Maira,
"lain kali aja Mai"

Maira mengangguk, dan kemudian hening, tidak ada yang bersuara

"Mai, yang lo bilang pas di motor tadi, serius? Atau gue salah denger?" Ucap Alkan memecah keheningan

Maira gelagapan, dan menggaruk pipi nya.

"Anu, itu gue masuk dulu ya, takutnya bokap gue nyariin," ujar Maira mengalihkan pembicaraan.

Alkan mengangguk pasrah, dan kembali menutup kaca helm full face nya.

"Gue pulang dulu," ujar Arven ke Maira

"Iya, Babay!" jawab Maira sambil melambaikan tangan nya.

•••••

Maira melangkah kan kaki nya masuk ke dalam rumah, dengan perasaan gugup.

"Zamaira Anantasya"

DEG

Maira meremas rok nya, dia sangat mengenali suara itu, Maira langsung berbalik dan tersenyum kecut.

"Iya pah?" jawab Maira sambil menunduk.

"Kenapa baru pulang? Dari mana saja kamu? Keluyuran?" ucap Farel bertubi tubi.

Maira menggeleng pelan.

"Terus? Ngapain aja kamu? Papah telpon ga diangkat, papah chat ga di bales, kamu sebenarnya kemana?" ujar Farel dengan nada tegas.

Sejak selesai berfoto di kedai ice cream tadi, Maira langsung mematikan ponsel nya karena baterai nya mulai melemah.

"Maira, t-tadi dianterin sama temen, terus kami ke kedai ice cream dulu sebentar, ponsel Maira mati, jadi gabisa angkat telpon papah," jawab Maira tergagap, karena dirinya sekarang benar-benar takut.

"Masuk kamar!" perintah Farel dengan nada tinggi.

"P-papah... Maira minta maaf." Maira mendongak menatap mata papah nya.

"Papah bilang masuk kamar!" bentak papah nya.

Amelia yang mendengar keributan di ruang tamu itu pun langsung berlari menghampiri, "Papah, Maira, ada apa? Kenapa teriak teriak?" Ujar Amelia saat sudah berhadapan dengan kedua nya.

"Nih Maira, dia sudah papah nasehati setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah, tapi dia tetap aja tidak mau mendengarkan apa kata Papah, dia malah keluyuran," jawab Farel sambil menatap istrinya.

"Pah.. Maira ga bermak-" ucapan Maira terpotong karena Papah nya.

"Masuk kamar kamu sekarang Maira!"

"Pah, udah! Papah kenapa si? Dari tadi marah marah terus? Papah kalo punya masalah jangan dilampiasin ke anak sendiri" ucap Amelia, karena merasa geram dengan suami nya.

Farel menghela nafas berat, "Mah, papah ini cuman gamau Maira jadi anak yang salah pergaulan, tiap hari papah liat dia dianter sama lelaki, tiap nganter pun lelaki itu berbeda beda," jelas sang papah.

Maira yang mendengar ucapan Papah nya itu pun langsung pergi dari hadapannya orang tua nya dan melangkah menaiki tangga untuk menuju kamar nya.

Sesampainya di kamar, Maira langsung melempar asal tas nya dan duduk di lantai, dan bersandar di belakang pintu yang sudah terkunci rapat.

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang