10. Pain

595 181 27
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, para siswa siswi SMA BATHARA sudah berhamburan keluar mencari kendaraan nya masing masing.

Arven menggendong tas ransel nya di pundak sebelah kanan, Arven menatap teman temannya yang seperti nya sedang berbicara dengan serius.

"Ada apa?" tanya Arven the point.

"Noh si Putra lagi bingung gimana caranya biar Keysha percaya lagi sama dia," jawab Iqbal.

Arven mengangguk, dan menepuk pundak Putra, "Salah lo juga, ngapain pake selingkuh segala sih? Bukannya lo udah sayang banget sama Keysha?" Kata Arven sambil menaikkan satu alis nya

Putra menoleh ke arah Arven, Putra tertawa hambar.

"Siapa yang selingkuh si ven? Gue itu dijebak sama Silva sialan," jawab Putra ketus.

"Dijebak? maksudnya?" tanya Arven heran.

"Waktu itu gue mabuk, dan saat itu Silva ngambil kesempatan, dia meluk gue dan disitu gue gatau kalo yang meluk gue itu Silva, pikiran gue cuman Keysha, gue pikir yang meluk gue itu Keysha, ternyata gue salah besar, yang meluk gue ternyata Silva." Putra menghela nafas panjang.

"Kenapa lo mabuk? Ada masalah?" Kini Kevin yang mengajukan pertanyaan.

"Hm iya, waktu itu gue lagi berantem sama Keysha, terus gue ke club mau nenangin pikiran," jelas Putra.

"Lo kalo ada masalah cerita aja sama kita, kita semua selalu ada buat lo." Iqbal menepuk pundak Putra dan tersenyum tipis.

"Tumben lo baik." Arven menoyor kepala Iqbal menggunakan telunjuk nya.

"Yee sialan lo! Gue dari dulu emang baik," balas Iqbal kesal.

"Iya pinter, pinter nyontek," ledek Kevin kepada Putra.

"ANJING LO KEV! IYA DEH SI PALING PINTAR," sahut Iqbal kesal.

Suara perempuan membuat keempat lelaki itu menoleh ke arah perempuan yang sedang berteriak memanggil nama Kevin.

"Kevin! Ayo pulang," ucap Elena sembari melambaikan tangannya ke arah Kevin.

Kevin yang melihat kekasih nya didepan kelas itu pun langsung beranjak dari kursi dan berpamitan dulu ke teman temannya.

"Gue duluan," pamit Kevin ke teman temannya.

"Yoi," sahut mereka bersamaan.

"Yok pulang," ajak Iqbal ke Arven dan Putra.

Arven dan putra mengangguk, lalu beranjak dari tempat duduk nya.

"Mai, mau pulang bareng?"

"Gue kaya nya naik taksi aja"

"Loh kenapa? Mending sama gue aja, dijamin aman"

Arven menoleh saat mendengar suara yang familiar di telinga nya, Arven tertawa pelan saat mendengar interaksi Maira dan Alkan.

"Cih, sok jual mahal jadi cewe, kalo sasimo ya sasimo aja, gausah sok jual mahal buat nutupin semuanya," ucap Arven santai dan menatap Maira disertai tawa meledek.

Maira menatap ke arah Arven sebentar, kemudian menggulum senyum, dia sudah biasa dengan ucapan pedas Arven.

"Maksud lo apaan?" Alkan maju melangkah ke arah Arven.

"Maksud gue? Gue ga bermaksud apa apa, kenapa lo? Mau bela in cewe itu?" Arven menunjuk Maira dengan jari telunjuk nya.

"Iya, kenapa? Masalah buat lo?" Jawab Alkan lantang.

"Bilangin sama cewe lo itu, kalo jadi cewe itu harus punya harga diri, bukan malah ngemis minta disukain balik sama orang lain." Arven menatap remeh Alkan dan langsung berjalan keluar kelas.

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang