31. Mulai berbeda?

482 38 31
                                    

Arven mengantarkan Maira pulang, dan kini mereka berdua baru saja tiba di depan rumah Maira, terlihat wajah Maira yang sangat bahagia, siapa yang tidak bahagia ketika diantarkan pulang oleh crush sendiri?

Maira keluar dari mobil milik Arven, lalu tersenyum manis, "Thanks, Ven," ucap Maira.

Arven menurunkan kaca mobilnya, lalu mengangguk, "Sama-sama," jawab Arven.

"Ga mampir dulu, Ven?" tanya Maira basa-basi.

"Engga, lain kali aja. Lagian udah ini malem," jawab Arven.

Maira mengangguk kecil, lalu melambaikan tangannya ketika Arven melajukan mobilnya. Setelah Maira lihat mobil Arven sudah benar-benar hilang dari pandangannya, Maira langsung melompat lompat kesenangan dengan senyum yang sedari tadi mengembang.

"ARVEN! I WILL ALWAYS LOVE YOU!!" pekik Maira.

****

Arven memasuki rumahnya dengan menenteng totebag berisi makanan, sehabis mengantarkan Maira tadi Arven mampir ke McDonald's untuk membeli makan, karena malam ini dirinya belum makan.

Rumah terlihat sepi, nampaknya Ayah dan Bunda sudah tidur, lalu Arven menaiki tangga menuju kamarnya, baru saja ingin melangkah masuk ke kamar, suara Ravin membuat Arven hampir terpelonjak kaget.

"Bang,"

Arven menoleh ke samping, lalu mengangkat satu alisnya, "Kenapa?"

Ravin menghela nafas, "Gue laper," ucap Ravin, sebenarnya dia sangat malu untuk mengatakan hal ini, tapi daripada dirinya mati kelaparan kan tidak lucu, masa anak konglomerat mati kelaparan?

Ravin dari pagi tidak keluar kamar, dan baru malam ini dirinya keluar kamar karena benar-benar merasa lapar, untung saja di kamarnya ada stock cemilan, jadi perut nya tidak terlalu kosong.

Arven terkekeh kecil, lalu menyodorkan satu kotak makan McD, "Nih, sok banget lo ngurung diri di kamar," ledek Arven.

Ravin menatap malas ke arah Arven, lalu mengambil kotak makan di tangan Arven, "Makasih, bang."

Arven mengangguk, baru saja ingin masuk ke kamar, bahu nya ditepuk oleh Ravin, "Apa lagi?"

"Gue boleh makan di kamar lo? Biar gue ada temen makan," ujar Ravin.

Arven mengangguk, "Boleh, tapi lo gaboleh pegang kasur gue, nanti kasur gue kotor," ujar Arven.

Ravin mendengus sebal, "Ck, iya elah."

Lalu mereka berdua pun memasuki kamar, Arven meletakkan totebag yang berisi makanan tersebut ke atas meja, lalu berjalan ke arah balkon, Arven menggeser pintu balkon kamarnya.

"Lo kalo mau makan duluan, duluan aja, gue mau mandi dulu," ujar Arven.

Ravin mengangguk, lalu berjalan ke arah balkon, setelah itu Ravin mendudukkan dirinya ke atas kursi.

Sedangkan Arven menuju kamar mandi untuk membersihkan badan.

****

Hampir delapan menit Arven mandi, akhirnya selesai juga, Arven berjalan ke walk in closet untuk mengambil pakaiannya.

Setelah memakai pakaian, Arven mengambil totebag yang berada di atas meja tadi, lalu melangkahkan kakinya ke arah balkon.

Arven melihat Ravin dari arah belakang, terlihat Ravin sedang melamun sambil menatap ke langit.

"Vin," tegur Arven yang membuat lamunan Ravin buyar.

Ravin terpelonjak kaget, lalu menoleh ke arah Arven, "Kenapa?"

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang