"Setelah saya cicipi cupcake dari kelompok kalian masing-masing, yang menurut saya paling perfect adalah cupcake dari kelompok dua, yaitu Arven, Maira, dan Alkan," ucap Pak Adi dengan satu tangan memegang cupcake.
Mata Maira melotot kaget, "YEY!! THANK YOU PAK ADI, LOPYU SEKEBON!!" pekik Maira tanpa tau malu.
Pak Adi tak menghiraukan ucapan Maira, dia terus memakan cupcake dari berbagai kelompok.
Tatapan Maira beralih ke samping, "Arven, kita berhasil!" girang Maira sambil mengangkat tangannya ke atas, berniat bertos ria. Namun, Arven hanya diam, tak berniat membalas tos dari Maira.
Maira tersenyum kecut, lalu menurunkan tangannya kebawah, baru saja ingin menurunkan tangan, Arven mencengkal pergelangan tangan Maira lalu melakukan tos, "Congrats to our group," ucap Arven seraya tersenyum tipis menatap Maira.
Maira menatap Arven tak percaya, dia kira Arven benar-benar tidak ingin melakukan tos dengannya. Ah, mengapa Arven selalu membuat dirinya salah tingkah?
"Eh iya," jawab Maira gugup.
Alkan memalingkan wajahnya ke arah lain, hatinya sakit ketika melihat wanita yang dia cintai terlihat bahagia dengan lelaki lain.
****
Maira menelungkupkan wajahnya di atas meja, kepala nya sekarang benar-benar sakit, Maira ingin minum obat. Namun, Maira lupa membawanya, dan dia harus menerima nasib karena kecerobohan dirinya sendiri.
Dan kali ini adalah waktunya istirahat, murid-murid sudah keluar kelas menuju kantin.
"Za, gue anter ke UKS, ya? Muka lo keliatan pucet banget," ujar Caca khawatir.
Maira menggeleng pelan, "Gausah, Ca. Gue gapapa kok, cuman sedikit pusing aja." Tentu saja Maira berbohong, dia tidak mungkin memberi tahu bahwa sekarang penyakitnya kambuh.
"Yaudah, lo tunggu disini, gue mau beli makan dulu buat lo," ujar Caca lalu beranjak dari kursi.
Arven yang sedari tadi menyimak pembicaraan Maira dan Caca itu pun merasa penasaran, sebenarnya ada apa dengan Maira?
Arven tidak keluar kelas karena dirinya sedang mengantuk, karena malam tadi dia begadang sampai jam tiga malam karena sibuk mendengarkan curhatan adiknya, Ravin.
"Gue aja yang beliin makanan buat Maira," ucap Arven.
"Ca, kalo lo mau ke kantin, sana ke kantin aja, biar gue yang jagain Maira, tenang aja gue gabakal ngapa-ngapain Maira," sambung Arven, lalu meliriknya sekilas ke arah Maira yang menatapnya tak percaya.
Caca menatap Arven sekilas, lalu beralih menatap Maira, Maira mengangguk memastikan, setelah mendapat izin dari Maira, Caca langsung keluar dari kelas menuju kantin.
"Lo tunggu disini, gue beliin makanan buat lo," ucap Arven tanpa basa-basi, lalu berjalan keluar kelas.
Maira mendongakkan kepalanya menatap Arven yang keluar kelas, ada perasaan bahagia di hatinya. Namun, dia sekarang benar-benar tidak berdaya karena sakit di kepala nya benar-benar berdenyut.
Tak menunggu waktu lama, akhirnya Arven kembali ke kelas membawa satu kantong plastik dan satu botol aqua ditangannya.
"Nih, dimakan, jangan lupa minum juga biar ga keselek." Arven menyodorkan kantong plastik yang berisi roti tersebut ke arah Maira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZA
Teen Fiction"Gue suka sama lo" "Tapi gue gasuka sama lo" ☠️☠️☠️ Ini tentang Maira yang terobsesi dengan seorang Arven, dia selalu bertekad untuk mendapatkan hati Arven. Berbanding balik dengan Arven, yang malah menyukai perempuan lain...