35. Firasat?

295 25 12
                                    

"Lo kenapa si, Za? Daritadi cemberut mulu," tanya Arven heran.

Maira mengambil gulali berwarna pink tersebut, lalu memakannya, menghiraukan pertanyaan Arven.

"Za?"

"Zaza, hey are you okey?" tanya Arven khawatir karena Maira sejak tadi tidak berbicara dengannya.

Maira mengangguk singkat.

"Kenapa sih? Gue ada salah?" tanya Arven kembali.

Maira menggeleng, "Gaada," lalu Maira kembali memakan gulali nya.

"Bener? Kalo gue ada salah bilang dong, Za. Kalo lo cuman diem mana gue tahu apa kesalahan gue." Arven melirik sekilas ke arah Maira.

"Pikir sendiri," ketus Maira.

Arven terkekeh pelan karena melihat wajah tertekuk Maira yang menurut Arven gemas, "Yaudah gue pikirin nih."

"Bidadari," ucap Maira langsung.

Arven mengangkat satu alisnya, "Bidadari? Maksudnya?" tanya Arven bingung.

Maira memutar bola matanya malas, "Gausah pura-pura lupa, barusan aja lo bilang kalo lo mau ngajak bidadari pacaran."

Arven tertawa, "Oh jadi ceritanya lo cemburu nih?" ledek Arven.

Maira memutar bola matanya malas, "Gatau,"

"Kok gatau?" Arven semakin memanasi Maira.

"BISA DIEM GA? GUE ITU LAGI BADMOOD" sambar Maira langsung.

Arven menelan saliva nya, "Badmood kenapa? Kan udah gue beliin gulali."

Maira menarik nafasnya dalam-dalam, "Lo kok malah nanya lagi? Kan tadi udah gue bilang."

"Oh gara-gara bidadari?" tebak Arven.

"Hm," balas Maira.

Arven terkekeh, lalu menatap wajah Maira dari samping, "Bidadari yang gue maksud itu lo, Za."

Maira yang sedang menikmati gulali itu pun langsung berhenti mengunyah, dan matanya melotot kaget, "H-hah? Gue?"

"Iya lo, Zamaira Anantasya." Arven berucap dengan nada yang terdengar sangat tulus.

Maira menoleh ke samping, betapa terkejutnya melihat Arven yang ternyata menatap wajahnya dari samping, "Maksud lo apa, Ven?" tanya Maira heran.

"Mau tau maksud gue apa? Malam ini gue jemput jam delapan malam, disitu gue bakal jelasin," ucap Arven.

Sedangkan Maira masih diam berusaha mencerna ucapan Arven barusan.

****

"Udah sana masuk, jam delapan malam gue jemput lagi," ujar Arven.

Maira mengangguk, lalu keluar dari mobil milik Arven, "Makasih, Ven. Udah beliin gue jajajan tadi," ucap Maira.

Arven mengangguk seraya tersenyum tipis, "Udah sana masuk."

"Lo, nya? Ga pulang?" tanya Maira hati-hati karena takut Arven tersinggung.

"Oh ngusir nih?" Arven mengangkat satu alisnya.

"E-engga gitu, maksud gue kenapa lo ga pulang langsung aja?"

"Gue mau mastiin kalo bidadari gue masuk rumah dengan selamat," balas Arven dengan cengiran.

Pipi Maira langsung bersemu merah, "Apaansi, udah ah gue masuk dulu ya, sampai ketemu nanti malem," final Maira karena sekarang dia tidak tahan jika berlama-lama berhadapan dengan Arven, bisa pingsan karena kesaltingan yang ada.

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang