"Bunda..."
"Bang Aven jahat banget sama Avin"
Suara siapa lagi kalo bukan Ravin, dia merengek dengan Bunda nya dan mengadu kan ke Bunda nya bahwa Abang nya sangat jahat.
"Drama mulu hidup lo" celutuk Arven setelah menuruni anak tangga dan tak sengaja mendengar rengekan adik nya itu.
Ravin semakin kesal, lalu menghentakkan kakinya sambil menggoyangkan goyangkan lengan Bunda nya yang sedang memasak. "Tuhkan Bunda! Bang Aven tu jahat banget!!"
Rania menghela nafas panjang, lalu berbalik menatap anaknya yang sedari tadi merengek, "kamu kenapa si Vin? Cerewet banget dari tadi, kamu mau minta dimasukkin lagi ke perut?"
Arven yang berada di ruang keluarga sambil memakan cemilan itu pun tertawa mendengar ucapan Bunda nya.
Dengan cepat Ravin menggeleng, apa apaan Bunda nya ini, "Engga, Bunda.."
"Terus kenapa?" Tanya Bunda nya heran.
"Avin pengen pinjem jam tangan Bang Aven, tapi dia pelit banget, Nda.." adu Ravin sambil wajah yang memelas, berharap Bunda nya kasian dengan nya.
Rania menghela nafas, tak habis habis drama yang dilakukan kedua anaknya itu, "bukannya kamu punya jam tangan? Kenapa jadi pinjem sama Abang kamu?" Tanya Rania sambil menatap wajah anak nya itu.
"Jam tangan Avin udah burik semua, jam tangan Bang Aven masih bagus bagus, jadi Avin pengen pinjem"
"Burik muka mu! Bukannya kemaren kamu baru beli jam tangan?" Tiba tiba Dirga muncul di belakang Ravin.
"ASTAGHFIRULLAH! Avin kaget Yah, untung aja jantung Avin ga pindah ke lambung" Ravin berkata sambil mengelus dada nya.
"Ngaco kamu! Jawab pertanyaan Ayah tadi, jam tangan kamu yang baru itu dikemanakan?" Tanya Dirga sambil bersedikap dada.
"Em itu, jam tangan yang kemaren Avin beli itu jatuh ke selokan.. hehe" jawab Ravin dengan wajah tak berdosa nya, jangan lupakan juga dengan cengiran khas nya.
"Kok bisa?" Tanya Bunda.
"Cerita nya panjang nda, Avin males ceritain"
Rania memutar bola matanya malas.
"Bundaaa.. ayo dong bujukin Bang Aven biar mau minjemin jam tangan nya" ujar Ravin kembali.
"Kamu ini ya Vin, bukannya jam tangan kamu itu udah bejibun?" Tanya Bunda.
"Udah burik nda.." jawab Ravin seraya mengerutkan bibir nya.
Rania menghela nafas, terpaksa mengalah, lalu menghampiri Arven yang sedang mengemil sambil menonton televisi.
"Bang"
Arven menoleh mendapati Bunda nya yang duduk di sofa sebelah nya, "kenapa nda?" Jawab Arven sambil memasukkan cemilan ke dalam mulut nya.
"Tuh adek kamu cerewet banget, katanya pengen pinjem jam tangan kamu, tapi kamu nya gamau pinjemin, apa bener?" Tanya Bunda sambil menatap kebelakang untuk melihat Ravin yang sedang melihat ke arah nya dengan cengiran.
"Hm, bener" jawab Arven jujur.
"Kenapa gamau pinjemin, bang?"
"Waktu itu udah pernah Aven pinjemin, pas Aven pengen ambil jam tangan nya, dia bilang jam tangan Aven udah hilang, kan kesel nda.." Arven mengadu sambil menatap sinis adiknya yang berada di belakang Bunda nya.
"Vin.. apa bener kata abang kamu? Jam tangan yang kamu pinjem sama Bang Aven itu hilang?" Tanya Rania selembut mungkin.
Ravin gelagapan sendiri, lalu menggaruk tengkuknya, "Iya nda, hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZA
Teen Fiction"Gue suka sama lo" "Tapi gue gasuka sama lo" ☠️☠️☠️ Ini tentang Maira yang terobsesi dengan seorang Arven, dia selalu bertekad untuk mendapatkan hati Arven. Berbanding balik dengan Arven, yang malah menyukai perempuan lain...