40. Genit!

283 6 0
                                    

"Anak-anak, ada yang tau kenapa Alkan selama dua hari ini ga masuk sekolah?" tanya Bu Diana, karena guru muda yang memiliki paras cantik ini tahu, bahwa Alkan adalah salah satu murid yang rajin hadir ke sekolah, tapi sekarang sudah dua hari ini laki-laki itu tidak masuk sekolah tanpa keterangan.

Kemana laki-laki yang memiliki sifat sok cool itu?

"Saya gatau Bu, lagian surat izinnya juga gaada, ataupun dia minta izinin ke temen-temen juga gaada, Bu," sahut Rinda, perempuan yang menjabat sebagai sekretaris di kelas 12 MIPA 2 ini.

"Dia ngirim pesan ke Bu Sarah kali, ya?" tanya Nadia, salah satu murid eksis di kelas.

"Udah gue tanya, juga gaada kata Bu Sarah," jawab Rinda lagi.

"Yasudah kalo begitu, nanti Ibu coba menghubungi Alkan," ucap Bu Sarah sambil mengisi absen kelas.

Bicara soal Alkan, Maira jadi penasaran apa yang membuat Alkan tidak masuk sekolah tanpa keterangan seperti ini, dan Maira sedikit rindu dengan lelaki yang dulu sempat menjadi tempatnya bercerita.

Lupakan, Ia tidak boleh memikirkan itu lagi, karena sekarang dirinya sudah memiliki kekasih, yang sejak dulu ia inginkan, Arven Nathanael Anderson.

"Za!"

Lamunan Maira buyar ketika Caca menyenggol lengannya, dan memanggil namanya cukup keras.

"Eh iya?" tanya Maira seperti orang linglung, gadis yang memiliki bulu mata lentik itu mengerjapkan matanya dua kali.

"Itu disuruh Bu Sarah kerjakan soal di buku paket halaman tiga puluh." Caca membolak-balikkan buku paket mata pelajaran bahasa Indonesia itu.

"Lo lagi mikirin apa sih?" tanya Caca heran ketika melihat Maira yang sedari tadi hanya diam.

Maira menggeleng pelan, "Engga kok, cuma ngantuk dikit aja," balasnya berbohong.

Caca tahu Maira berbohong, tapi ia sendiri tidak mau membahas tentang itu, dan memilih untuk mengerjakan tugasnya saja.

Maira sendiri pun tidak bisa fokus, matanya melirik kesana kemari, dan pandangannya jatuh ke samping tempat duduknya, kepada lelaki yang sedang menelungkupkan kepalanya dikedua tangan itu. Ya, itu Arven, yang sedang tidur, tidak mendengarkan penjelasan dari Bu Diana sejak tadi, Maira mendengus pelan, bisa-bisanya kekasihnya itu sangat tenang tidur pada saat pelajaran berlangsung.

Maira pun menggulung kertas dan membuat nya seperti berbentuk bola, lalu melemparkannya ke arah Arven, dan mengenai permukaan wajah Arven, yang membuat sang empu terusik, Arven pun mengangkat wajahnya dengan mata yang masih menyipit, untung saja Bu Diana sedang sibuk mengisi absensi kelas.

"Kenapa sih, Za?" kesal Arven karena tidurnya jadi terganggu.

Mata Maira melotot, bisa-bisanya laki-laki itu malah bertanya dengan nada kesal seperti itu, "Kenapa malah tidur sih?! Kamu ga dengerin penjelasan Bu Diana, hah?!" gertak Maira, karena merasa kesal dengan kekasihnya itu.

Arven menghela nafas, "Ngantuk," balas Arven singkat.

"Cuci muka," suruh Maira dengan tatapan tajam, yang membuat Arven terkekeh ringan, menurut Arven, gadis disampingnya ini kelihatan gemas pada saat mode kesal.

"Iya iya, ini cuci muka." Arven beranjak dari tempat duduknya, lalu meminta izin keluar kelas untuk membasuh wajahnya, agar rasa kantuknya itu sedikit berkurang.

Tak sampai tiga menit, Arven kembali ke kelas dengan wajah yang masih basah karena air, dan rambut Arven yang basah seperti itu membuat Maira berdecak kagum, karena hal itu menambah damage seorang Arven.

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang