🍁11| Barengan

6.6K 573 5
                                    

Assalamu'alaikum,hai semua!
Apa kabar?semoga selalu baik ya!

⚠️Part ini panjang,baca pelan-pelan ya⚠️

⚠️Baca sampai habis⚠️
Kalo ada typo maaf ya!

🍁🍁🍁

Seorang pria paruh baya dan seorang gadis berusia 14 tahun duduk berhadapan. Sang ayah memegang tangan putrinya dan menatap nya dalam.

"Sikap mu selalu dewasa dan bijaksana sejak kau kecil" pria itu menatap mata hitam legam putrinya.

"Berbeda dengan anak seusiamu lainnya!"lanjutnya, putrinya menggeleng pelan dengan mata berkaca-kaca.

"tidak,ayah"

"Aku,hanya..." ia menggantung perkataan nya. Menahan air mata yang ingin turun.

"Aku,hanya... berpura-pura menjadi dewasa. Itu saja"

Seorang pria paruh baya duduk di kursi nya, mengingat kenangannya bersama sang putri.

Jika di ingat-ingat lagi, rasanya menyakitkan. Disini, ia hanya bisa menatap foto putrinya dan mengingat kenangan bersama sang putri.

Dia, merindukan putri kecilnya.

"Hari, ayah rindu"

🍁🍁🍁

Ting

Aku mengecek notifikasi ponsel ku, ternyata dari grup.

Coolgrils

Ayuna : yg jemput Keynika kan?@/Keynika

Keynika : gw agak lambat, msih ada sdikit urusan, bntar lgi slesai.

Ayuna : okey!

Pagi ini, aku dan mereka berdua akan berangkat bersamaan. Keynika yang akan menjemput aku dan Ayuna. Tapi, kata nya dia masih sedikit ada urusan.

Sambil menunggu jemputan, mending aku memasukan buku mapel hari ini ke dalam tas. Mataku tak sengaja menatap buku yang waktu itu belum sempat aku lanjutkan baca. Diary seina.

Aku mengambil nya, membuka halaman selanjutnya yang belum sempat aku baca.

hanya berpura-pura menjadi dewasa.

berpura-pura dewasa? itu wajar. Mungkin, keadaan memaksanya untuk menjadi dewasa.

Tanganku membuka halaman selanjutnya. Dahi ku menyernyit. Bukan tulisan yang aku lihat tapi sebuah coretan abstrak. Aneh.

Yang lebih anehnya, ada tetesan seperti darah yang sudah kering di sana.

Darah? apa yang terjadi dengan, Seina?

tin, tin!

Ah, mungkin Keynika sudah datang. Aku segera memasukkan buku pelajaran hari ini. Segera keluar dari kamar.

"Nek, Seina berangkat!"pamit ku menyalami tangan nenek, ia duduk di ruang tamu.

"hati-hati!" aku mengangguk singkat, lalu segera keluar rumah.

Rekayasa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang